Bayu, salah satu korban selamat dari tragedi ritual maut, menceritakan, saat itu dia dan 22 rekannya menggelar ritual semedi di tepi Pantai Payangan.
Setelah beberapa saat meditasi berlangsung, ombak besar datang dan menghantam mereka.
“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari. Saya menghindari ombak kedua,” kata Bayu, dikutip dari Kompas TV, Minggu.
Ombak kemudian menyeret belasan rekannya.
Sementara, Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo menjelaskan, 23 warga tersebut awalnya menjalankan ritual di pinggir pantai. Di sana mereka membaca doa-doa.
Setelah itu, warga mulai beranjak ke laut. Diawali dengan tabur bunga, peserta kemudian membentuk dua barisan dan saling bergandengan tangan.
Warga percaya ritual menyucikan diri dapat dilakukan dengan mandi air laut.
Namun, saat melakukan ritual itu, mereka tiba-tiba dihantam ombak besar.
“Menurut korban selamat, mereka tidak melihat ombak yang dari arah kanan, tiba-tiba datang menerjang. Di sana ada tebing yang halangi pandangan,” tuturnya.
Hery mengatakan, ritual yang dijalankan para korban, dilakukan dengan berbagai tujuan.
Di antaranya untuk menyelesaikan masalah keluarga, melancarkan usaha, hingga memudahkan mendapat pekerjaan.
“Kata guru spiritual mereka, masalah-masalah itu bisa diselesaikan secara ritual di Pantai Payangan,” ujarnya, dikutip dari Kompas TV.
Ada juga warga yang melakukan ritual untuk mencari ketenangan.
Bupati Jember Hendy Siswanto mendatangi Puskesmas Ambulu untuk melihat sejumlah korban yang dirawat di sana.
Setelah itu, Hendy mendatangi rumah korban, yakni kediaman keluarga pasangan suami istri Saiful Bahri dan Sri Wahyuni Komariah yang meninggal dunia. Keduanya berasal dari Kecamatan Ajung.
Dilanjutkan mengunjungi korban yang lain di Kecamatan Gebang.
Bupati memberikan bantuan pada keluarga korban dan dukungan moril.
"Saya minta kepada seluruh warga Jember untuk tidak beraktivitas di bibir pantai dulu, sebab cuacanya berbahaya. Tolong petugas terkait untuk memperketat penjagaan pantai,” kata Bupati Hendy, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Dia mengatakan, petugas pantai sudah mengingatkan para pegiat ritual agar tidak melakukan kegiatan di pantai karena ombak sedang tinggi.
Namun, peringatan itu diabaikan dan mereka tetap melanjutkan ritual dengan tujuan untuk mencari ketenangan. (Penulis : Kontributor Jember, Bagus Supriadi|Editor : Robertus Belarminus, Reza Kurnia Darmawan, Michael Hangga Wismabrata, Gloria Setyvani Putri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.