Salin Artikel

Saat Ritual Melancarkan Usaha dan Pekerjaan di Pantai Payangan Renggut 11 Nyawa...

Para korban berasal dari rombongan padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara, Jember, yang datang ke Pantai Payangan guna menggelar ritual. Ada 23 orang yang mengikuti ritual di pantai tersebut.

Rombongan berangkat dari Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Jember, menuju Pantai Payangan dan Watu Ulo.

Mereka terlebih dahulu tiba di kawasan Pantai Payangan, Sabtu (12/2/2022) pukul 23.30 WIB.

Rombongan kemudian mempersiapkan diri untuk melakukan ritual bersama di pinggir pantai.

Petugas pantai sempat memperingatkan rombongan tersebut untuk tidak melakukan kegiatan di sekitar pantai karena ombak sedang tinggi.

Namun, peringatan itu tak dihiraukan dan warga tetap melakukan ritual.

Kemudian, pada Minggu pukul 00.25 WIB, 23 orang yang mengikuti ritual tersebut terseret ombak.

Warga sekitar yang mengetahui hal itu meminta bantuan pihak kepolisian.

Petugas kepolisian berkoordinasi dengan tim SAR hingga TNI untuk membantu menyelamatkan korban.

Dari 23 warga yang terseret ombak, tiga orang di antaranya ditemukan meninggal dunia, sembilan orang dinyatakan hilang, dan sisanya selamat.

Tak berselang lama, tim SAR gabungan menemukan delapan orang lainnya yang telah meninggal dan satu selamat.


Kesaksian warga yang selamat

Bayu, salah satu korban selamat dari tragedi ritual maut, menceritakan, saat itu dia dan 22 rekannya menggelar ritual semedi di tepi Pantai Payangan.

“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari. Saya menghindari ombak kedua,” kata Bayu, dikutip dari Kompas TV, Minggu.

Ombak kemudian menyeret belasan rekannya.

Sementara, Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo menjelaskan, 23 warga tersebut awalnya menjalankan ritual di pinggir pantai. Di sana mereka membaca doa-doa.

Setelah itu, warga mulai beranjak ke laut. Diawali dengan tabur bunga, peserta kemudian membentuk dua barisan dan saling bergandengan tangan.

Warga percaya ritual menyucikan diri dapat dilakukan dengan mandi air laut.

Namun, saat melakukan ritual itu, mereka tiba-tiba dihantam ombak besar.

“Menurut korban selamat, mereka tidak melihat ombak yang dari arah kanan, tiba-tiba datang menerjang. Di sana ada tebing yang halangi pandangan,” tuturnya.

Tujuan ritual

Hery mengatakan, ritual yang dijalankan para korban, dilakukan dengan berbagai tujuan.

Di antaranya untuk menyelesaikan masalah keluarga, melancarkan usaha, hingga memudahkan mendapat pekerjaan.

“Kata guru spiritual mereka, masalah-masalah itu bisa diselesaikan secara ritual di Pantai Payangan,” ujarnya, dikutip dari Kompas TV.

Ada juga warga yang melakukan ritual untuk mencari ketenangan.

Kata Bupati Jember

Bupati Jember Hendy Siswanto mendatangi Puskesmas Ambulu untuk melihat sejumlah korban yang dirawat di sana.

Setelah itu, Hendy mendatangi rumah korban, yakni kediaman keluarga pasangan suami istri Saiful Bahri dan Sri Wahyuni Komariah yang meninggal dunia. Keduanya berasal dari Kecamatan Ajung.

Dilanjutkan mengunjungi korban yang lain di Kecamatan Gebang.

Bupati memberikan bantuan pada keluarga korban dan dukungan moril.

"Saya minta kepada seluruh warga Jember untuk tidak beraktivitas di bibir pantai dulu, sebab cuacanya berbahaya. Tolong petugas terkait untuk memperketat penjagaan pantai,” kata Bupati Hendy, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Dia mengatakan, petugas pantai sudah mengingatkan para pegiat ritual agar tidak melakukan kegiatan di pantai karena ombak sedang tinggi.

Namun, peringatan itu diabaikan dan mereka tetap melanjutkan ritual dengan tujuan untuk mencari ketenangan. (Penulis : Kontributor Jember, Bagus Supriadi|Editor : Robertus Belarminus, Reza Kurnia Darmawan, Michael Hangga Wismabrata, Gloria Setyvani Putri)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/14/051500878/saat-ritual-melancarkan-usaha-dan-pekerjaan-di-pantai-payangan-renggut-11

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com