Momentum selanjutnya ialah Piala Dunia. Saat itu Jawa Pos menjadi satu-satunya koran yang memuat hasil pertandingan baru selesai dini hari.
"Saya punya teman rasa-rasanya cuma dia yang punya parabola. Saya bisa lihat piala dunia sampai setengah empat pagi. Saya nonton, tahu golnya seperti apa. Saya minta bikin gambarnya," kata Dahlan.
"Koran terbit telat tapi ini koran satu-satunya yang membuat hasil pertandingan tadi pagi. Ini kan tidak bisa diulang. Ini kita dapat momentum itu, menjadi 120.000," lanjut dia.
Momentum berikutnya ialah terkait pemberitaan mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos.
Jawa Pos nekat memberangkatkan wartawannya ke luar negeri untuk mengejar berita.
"Kita nggak punya uang buat kirim orang keluar negeri. Kita carikan tiket gratis, kerja sama dengan travel. Kita minta cari orang Indonesia di sana, nggak ada uang saku, bonek (bondo nekat). Itu yg bisa bikin 200.000," katanya.
Baca juga: 65 ASN Aktif Huni Rusunawa, Pemkot Surabaya: Seharusnya Mereka Tidak Masuk Data MBR
Dahlan Iskan yang kini tak berada di Jawa Pos kemudian mendirikan Disway yang merupakan akronim dari Dahlan Iskan Way.
Dahlan konsisten menulis hingga mendirikan Harian Disway pada 4 Juli 2020.
"Saya harus mempertahankan jurnalistik. Meski tidak lagi mudah. Jurnalistik tidak boleh mati. Ia harus tetap hidup, dengan cara harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Yang serba mudah dan elektronik itu," kata Dahlan Iskan, dikutip dari laman disway.id.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.