Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Disnaker Ponorogo soal Pemulangan Jenazah Korban Kebakaran Apartemen di Hong Kong

Kompas.com, 2 Desember 2025, 12:20 WIB
Sukoco,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Ponorogo, Jawa Timur, mengatakan bahwa pemerintah daerah belum menerima kepastian jadwal pemulangan jenazah Dina Martiana, Pekerja Migran Indonesia asal Ponorogo yang menjadi korban kebakaran di kompleks apartemen Wang Fuk Court, Hongkong.

Kabid Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnaker Ponorogo, Muhrodhi, menyampaikan bahwa informasi resmi mengenai pemulangan jenazah semuanya berasal dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong.

"Kami belum menerima pemberitahuan apa pun dari KJRI Hong Kong terkait pemulanagn jenazah,” kata Muhrodhi ditemui di ruang kerjanya, Selasa (2/12/2025)

Dia menyebut bahwa pihaknya tidak bisa menjadwalkan kepulangan jenazah sebelum menerima surat resmi dari KJRI.

"Kami belum pernah menyampaikan jadwal apa pun karena informasi pemulangan itu pasti dari KJRI Hongkong, tidak ada yang lain,” ujarnya.

Baca juga: Dina Martiana Meninggal Ketika Melindungi Majikan Saat Kebakaran Apartemen di Hong Kong

Muhrodhi menjelaskan bahwa surat resmi dari KJRI menjadi satu-satunya dasar yang sah.

Menurut dia, dalam surat tersebut biasanya mencantumkan detail penerbangan, maskapai penerbangan, jadwal tiba di Bandara Juanda, hingga pihak yang akan menerima jenazah di tanah air.

"Ketika belum ada surat resmi itu, kami juga masih ngambang. Kapan ditarik, kami belum tahu. Kalau belum ada surat, kami tidak bisa memastikan apa pun," katanya menegaskan.

Terkait hak-hak yang akan diterima korban maupun informasi identitas lengkap, Muhrodhi menyebut bahwa hal tersebut juga akan dijelaskan melalui surat resmi yang sama.

"Ahli waris biasanya juga disebutkan lengkap. Sampai hari ini, belum ada kejelasan apa pun dari KJRI,” ujar Muhrodhi.

Baca juga: Cerita Suami Korban Kebakaran Apartemen di Hong Kong, Siti Khotimah Berencana Rayakan Ultah Anak

Lebih lanjut, Muhrodhi mengatakan, Disnaker Ponorogo hanya bisa meminta informasi dari dua lembaga yang memiliki otoritas langsung, yaitu KJRI Hongkong dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia BP2MI.

“Instansi yang berhubungan langsung itu KJRI dan BP2MI. Kami hanya menunggu informasi resmi dari sana,” ujarnya.

Muhrodhi mengaku, sempat menerima siaran pers dari KJRI yang menyebutkan 140 orang Warga Negara Indonesia (WNI) terdampak kejadian kebakaran di Hong Kong, namun detail data mengenai identitas korban masih membingungkan.

"Ada angka 140 orang, tapi tidak jelas mana yang orang Ponorogo dan mana yang bukan. Kami juga bingung karena belum ada data resmi yang rinci," katanya.

Baca juga: Kebakaran Apartemen Hong Kong, 42 WNI Belum Ditemukan

Terkait identitas pekerja migran yang diduga menjadi korban, Muhrodhi menyebut bahwa informasi yang beredar masih simpang siur. Nama yang muncul dalam laporan awal adalah Mardiana, namun dia belum bisa memastikan apakah benar WNI tersebut merupakan warga Ponorogo.

Halaman:


Terkini Lainnya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau