Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Longsor Freeport Wigih Dimakamkan di Kampung Halamannya Ponorogo

Kompas.com, 21 September 2025, 22:39 WIB
Sukoco,
Krisiandi

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com – Jenazah Wigih Hartono (37), salah satu dari tujuh pekerja tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terjebak dalam longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Mimika, Papua Tengah, telah dimakamkan di Dusun Karang Tengah Kulon, Desa Nambak, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kepala Dusun Karang Tengah Kulon, Mahmudi, menyatakan bahwa jenazah Wigih tiba di rumah duka pada Minggu dini hari.

"Tibanya di rumah duka sekitar jam 02.00 dini hari. Setelah itu langsung dishalatkan di rumah," ungkap Mahmudi saat ditemui pada Minggu pagi.

Baca juga: Bupati Mimika Sampaikan Duka untuk 2 Pekerja Freeport yang Tewas: Semoga 5 Lainnya Selamat

Setelah prosesi shalat, sekitar pukul 02.45 WIB, jenazah Wigih dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Nambak.

Pemakaman berlangsung dengan penuh haru. Isak tangis keluarga menyertai prosesi pemakaman. 

Imam Arif Susanto, adik kandung Wigih, mengungkapkan bahwa keluarga awalnya menerima kabar Wigih menjadi korban longsor dari kerabat yang juga bekerja di tambang.

Kabar resmi dari PT Freeport diterima pada hari Senin (8/9/2025) lalu.

"Keluarga di Ponorogo masih berharap Wigih ditemukan selamat karena beredar kabar bahwa suara Wigih terekam melalui handy talky (HT) pekerja lain sesaat setelah longsor. Kami masih berharap Mas Hartono ditemukan hidup, tapi setelah 12 hari berlalu, kami hanya bisa pasrah," ucap Arif.

Pada Sabtu (20/9/2025), tim evakuasi menemukan jasad Wigih dalam keadaan meninggal.

Tiga anggota keluarga kemudian diminta oleh PT Freeport untuk hadir di lokasi kejadian guna mengikuti proses evakuasi.

"Yang berangkat ke Papua adalah Mbak Jarmini, istri almarhum, Mas Halim kakak saya, dan Sunarti kakak ipar. Mereka melihat langsung proses evakuasi," tambah Arif.

Baca juga: Tragedi Tambang Grasberg Freeport: Korban Asal Ponorogo, Wigih Hartono, Ditemukan Tewas

Peristiwa longsor di tambang PT Freeport Indonesia terjadi pada Senin (8/9/2025) pukul 23.21 WIT, di kawasan tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Mimika, di mana tujuh pekerja dilaporkan terjebak, termasuk Wigih.

"Keluarga di sana memastikan jenazah Mas Hartono lewat tanda lahir yaitu toh besar di bagian perutnya yang cukup besar. Kami yakin itu beliau," jelas Arif.

Wigih Hartono sempat pulang ke Bumi Reog pada bulan Agustus lalu.

Arif mengaku tidak ada tanda-tanda akan terjadi sesuatu yang buruk selama kakaknya berlibur selama dua pekan.

Baca juga: Keluarga Menanti, Jenazah Korban Longsor Tambang Freeport Dipulangkan ke Ponorogo

"Rasanya masih tidak percaya beliau berpulang dengan cara seperti ini. Tidak ada tanda-tanda beliau akan pergi selamanya," kata Arif.

Wigih dikenal sebagai sosok pekerja keras, telah bekerja sebagai teknisi listrik di PT Freeport Indonesia selama tujuh tahun terakhir.

Ia berasal dari Kabupaten Tulungagung dan menikah dengan Jarmini, warga Desa Nambak, Ponorogo.

Jenazah Wigih Hartono telah dimakamkan di TPU Desa Nambak, Kecamatan Bungkal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau