Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Campak di Jember Terus Naik, Dinkes Sebut Cakupan Imunisasi Masih Rendah

Kompas.com, 12 September 2025, 22:46 WIB
Mega Silvia,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com - Kasus campak di Kabupaten Jember, Jawa Timur terus bertambah.

Pekan lalu, jumlah anak yang tertular virus campak 40, kini naik menjadi 45 kasus.

Kepala bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember dokter Rita Wahyuningsih menyebutkan, kasus suspek campak di Jember ada 178, sementara yang positif campak 45 orang per 10 September 2025.

"Untuk kasus baru pada minggu epidemiologi (pelaporan penyakit menular) ke 37," katanya kepada Kompas.com, Jumat (12/9/2025).

Baca juga: Dinkes Jatim dan Unicef Gelar Imunisasi Tambahan Serentak Atasi Campak, Sasar 53 Ribu Anak di Pamekasan

Penderita campak terbaru tersebut merupakan anak-anak dengan rentang usia 0-9 tahun, tersebar di Kecamatan Puger, Sumbersari, Mayang, Puskesmas, dan Umbulsari.

Mayoritas pasien mendapatkan penanganan dengan rawat jalan di puskesmas.

Rita menilai, peningkatan kasus campak di Jember terjadi akibat tidak adanya kekebalan kelompok yang diakibatkan dari rendahnya cakupan imunisasi di masa dan pasca pandemi.

Dikatakan, virus Morbillivirus yang menyebabkan campak mudah menular melalui droplet pernafasan dan partikel aerosol (partikel padat yang ada di udara) dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi.

Di sisi lain, menurutnya penyebab utama ledakan kasus campak ialah cakupan imunisasi yang masih rendah.

"Banyak anak tanpa kekebalan, penumpukan orang di ruang tertutup atau kerumunan, malnutrisi atau imunitas menurun, dan gangguan layanan imunisasi," ujarnya.

Baca juga: Campak di Kota Malang Bertambah Menjadi 9 Kasus

Yang bisa disimpulkan bahwa orang yang kontak erat dengan penderita campak akan sangat mudah terpapar virus ditambah lagi masih ada celah kekebalan populasi yang rendah.

Dinkes Jember sampai kini belum mendapatkan laporan meninggal dunia akibat campak.

Namun, pihaknya mengklasifikasikan tingkat keparahan berdasarkan komplikasinya.

Dari 178 suspek campak, 14 persen kasus disetai diare, 10,6 persen disertai nyeri sendi, 6,1 persen disertai mual dan muntah, sementara 49 persen sisanya tak ada komplikasi

"Mayoritas pasien sembuh setelah perawatan suportif seperti istirahat, cairan, pengendalian demam," kata Rita.

Baca juga: Unicef Sebut Lonjakan Campak di Pamekasan Dipengaruhi Kondisi Pasca-Covid-19

Mayoritas pasien yang tak mengalami komplikasi mulai membaik dalam 7 sampai 10 hari sejak munculnya ruam dan batuk, sedangkan yang disertai komplikasi bisa memerlukan perawatan lebih lama.

Ia menuturkan, tak ada obat anti virus spesifik untuk menyembuhkan campak.

Penyembuhannya, tambahnya, harus melalui perawatan suportif atau tak langsung membunuh virusnya dengan melalukan cek hidrasi, antipiretik sesuai usia, oksigen bila ada pneumonia, serta pemberian vitamin A bila diperlukan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau