SURABAYA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengadakan pertemuan dengan berbagai stakeholder terkait aset cagar budaya di Gedung Negara Grahadi pada Selasa (2/9/2025).
Pertemuan ini bertujuan membahas kerusakan yang terjadi di Gedung Negara Grahadi.
"Siang ini tadi ada rapat yang menyertakan 8 stakeholder, dari sejarawan hingga pakar cagar budaya kita libatkan untuk bisa memberikan pendapat bagaimana proses renovasi Gedung Grahadi bisa sesegera mungkin kita lakukan," ungkap Khofifah.
Gubernur mengungkapkan hal itu usai menghadiri pasar sembako murah di Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Selasa sore.
Baca juga: Khofifah: Relief di Dinding Gedung Bersejarah Grahadi Surabaya Tak Bisa Kembali Seperti Semula
Khofifah menjelaskan pentingnya mendengarkan masukan dari para stakeholder agar renovasi Gedung Negara Grahadi tidak melanggar prosedur yang berlaku untuk cagar budaya.
Namun, hingga siang hari, rapat tersebut belum membahas secara perinci rencana pembangunan.
"Hanya saja ada kemungkinan dukungan anggaran dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk pembangunan kembali Gedung Grahadi yang terbakar," tambahnya.
Sayangnya, Khofifah tidak memberikan rincian mengenai kerugian materiil akibat aksi anarkistis pengunjuk rasa yang merusak gedung tersebut.
Ia hanya menekankan bahwa nilai sejarah dari gedung tersebut tidak bisa diukur dengan nominal angka.
"Bagaimana menghitung nilai sejarah?" tanya Khofifah.
Baca juga: Kapolda Jatim: 89 Orang Diduga Terlibat Pembakaran Gedung Grahadi dan Polsek Tegalsari Diamankan
Sebagai informasi, aksi massa yang merusak Gedung Negara Grahadi berlangsung selama dua hari berturut-turut, yaitu pada Jumat (29/8/2025) dan Sabtu (30/8/2025).
Selain merusak pagar, massa juga membakar bagian barat gedung yang biasanya digunakan untuk menerima tamu, ruang kerja wakil gubernur, serta ruang kerja Kepala Biro Umum dan stafnya.
Dalam aksi tersebut, ruang wartawan di kompleks Gedung Negara Grahadi juga menjadi sasaran penjarahan. Setidaknya enam unit komputer PC dan satu unit televisi hilang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang