Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Dafa dan Syafa, 2 Bocah Kakak Beradik Ditinggal Sang Ibu di Panti Asuhan

Kompas.com, 28 Juli 2025, 06:39 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Dinding kamar di lantai dua Yayasan Panti Sosial Darunnajah, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menjadi saksi bisu tangisan Dafa dan Syafa usai ditinggal ibunya.

Sejak usia sang adik, Syafa baru menginjak 5 tahun, kehidupan kedua bocah ini berubah. Ibunya membawa mereka ke panti sosial.

Kondisi perekonomian keluarga Syafa memburuk setelah ayahnya meninggal dunia, sedangkan ibunya terlilit utang, hingga memaksanya harus bekerja ke luar kota.

Meski keluarga ayahnya masih ada di sekitar yayasan, ibunya memilih menitipkan dua anak itu di panti asuhan.

Baca juga: Cerita Riris, Menangis Tak Henti Saat Ditinggal Ibu di Panti Asuhan, Kini Jadi Juara Kelas

Sang ibu membiarkan kakak beradik yang kini berusia 7 dan 9 tahun itu berjuang dengan lingkungan baru tanpa sentuhannya.

Seperti anak kecil kebanyakan, Dafa dan Syafa terus menangis setelah perpisahan dengan ibunya di rumah panti. Tubuh ibunya perlahan menjauh dan hilang dari pandangan dua anak kecil itu.

"Selayaknya anak kecil ya, mereka menangis waktu awal dititipkan di sini," ucap salah satu pendiri Yayasan Panti Sosial Darunnajah, Husnul Hotimah, Sabtu (26/7/2025).

Pengurus yayasan lalu bergantian menemani Dafa dan Syafa yang selalu menanyakan kepergian ibunya. Tak hanya sekali dua kali, anak kecil itu terus bertanya kapan ibunya akan kembali menjemput.

Beruntung, banyaknya anak asuh di panti itu membuat Dafa dan Syafa mulai beradaptasi. Ingatan tentang ibunya perlahan mulai teralihkan.

Puluhan teman baru mengajak Dafa dan Syafa bermain. Tangisan anak-anak itu pun akhirnya berangsur mengering.

Baca juga: Mata Mamat Berkaca-kaca, Sebut Hidup di Panti demi Bisa Merawat Ibunya Kelak

Dua anak itu mulai hidup mandiri di yayasan. Mereka mulai terbiasa makan di piringnya masing-masing, tidak lagi disuapi ibunya. Belajar tidur dalam selimut, tanpa dekapan ibunya.

Sejak saat itu, seluruh kebutuhan Dafa dan Syafa ditanggung oleh yayasan. Bahkan, untuk kebutuhan pakaian, jajan, hingga kebutuhan sekolah, tak sedikit menggunakan uang pribadi Ketua Yayasan, Silvia Andiani.

"Di sini kami rawat mereka seperti anak lainnya. Berpakaian bagus, rapi, dan untuk sekolah juga kami belikan seragam, tas, dan sepatu yang layak. Kami tidak mau anak-anak di sini terlihat rembhes, karena kami sayang mereka seperti anak sendiri," ungkap dia.

Hari demi hari harus dilewati dua kakak beradik itu tanpa sosok ibunya. Di tahun-tahun awal, ibunya sesekali menghubungi pengasuh yayasan untuk mencari tahu kabar dua anak-anaknya.

"Anak-anak ini sangat aktif. Apalagi kakaknya itu, senang sekali dia main layangan. Ini tadi setelah sekolah madrasah langsung main layangan di lapangan. Kalau adiknya barusan tidur karena capek sekolah dan bermain," tutur Husnul Hotimah.

Baca juga: Cerita Pengasuh Panti Asuhan Rajut Harapan Anak-anak Korban Kekerasan

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau