SURABAYA, KOMPAS.com - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Surabaya mengungkapkan 2 penyakit yang menyebabkan jemaah asal Bangkalan meninggal saat perjalanan di pesawat, yakni hipertensi dan syok.
Plh Sekretaris PPIH Debarkasi Surabaya, Sugiyo, mengaku kaget dengan meninggalnya Mukatin Wakimin (68 tahun) dan Salimah Deman (88 tahun) warga Kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura.
"Kita juga kaget, ternyata di kloter 29 itu ada 2 jemaah haji Bangkalan yang meninggal dunia. Berumur 68 dan 88 tahun," kata Sugiyo, di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Jumat (20/6/2025).
Baca juga: 2 Jemaah Haji Duduk Berdekatan Meninggal di Pesawat, Jeda Waktunya 5 Menit
Sugiyo mengungkapkan, jemaah haji bernama Mukatin meninggal dunia karena sakit hipertensi yang dideritanya. Lalu, Salimah syok saat melihat rombongannya mengembuskan napas terakhir.
"Jemaah yang berumur 68 tersebut hipertensi, tidak sadarkan diri dan meninggal di pesawat. Kemudian yang duduk di sebelahnya itu syok, itu yang kemudian juga meninggal dunia," jelasnya.
"Itu yang informasi yang kami terima dari laporan bagian data. (Jemaah haji kloter 29 yang meninggal dunia) perempuan semua," tambahnya.
Baca juga: Rasa Haru Sambut Kepulangan Jemaah Haji Sukabumi, Keluarga: Bahagia Sekali...
Selanjutnya, keduanya langsung dibawa menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Haji Sukolilo, Surabaya. Setelah pesawat rombongannya tiba di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo.
"Di Rumah Sakit Haji Surabaya kemudian melalui mekanisme rumah sakit, kemudian dipulangkan ke Bangkalan dan informasi terakhir sudah dimakam sekitar pukul 13.00 WIB," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, putra Salimah, Adnan mengatakan, semula kondisi ibunya sehat. Ia dan ibunya duduk berjarak tiga baris dengan Mukatin yang juga meninggal di dalam pesawat.
Satu jam sebelum mendarat di Bandara Juanda Surabaya, ibunya meminta ganti popok dan berjalan ke toilet yang ada di dalam pesawat. Namun, saat di toilet itu, Salimah mengalami pusing.
"Saya bilang ke umi, kalau pusing jangan ganti di sini, lebih baik di luar toilet. Lalu saya masuk menggantikan popok umi," ucapnya, Jumat (20/6/2025).
Adnan lalu menggantikan popok ibunya tersebut. Usai popoknya diganti, Salimah berjalan ke kursi namun kepalanya sudah mengalami pusing.
"Masih bisa jalan sampai di kursi. Beliau duduk di dekat jendela, sebelahnya ada orang lain setelah itu kursi saya. Saya lalu pasangkan belt," imbuhnya.
Tak lama kemudian, Mukatin yang ada di kursi belakangnya pingsan. Adnan langsung bangun dan memanggil tenaga medis. Sedangkan Salimah masih di kursinya.
"Tenaga medis lalu mengecek kondisi jemaah yang di belakang itu (Mukatin), lalu diberi oksigen dan dipompa namun tidak tertolong," ungkapnya.
Tak lama kemudian, Adnan kembali ke kursinya dan melihat ibunya sudah bersandar di kursi. Adnan berusaha memanggil ibunya namun tak ada jawaban.
"Biasanya saat saya panggil itu, ibu saya jawab 'apah cong' (ya nak). Tapi saat itu napasnya justru sesak, langsung saya panggil tenaga medis," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang