Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Toha, Pedagang Sate di Kota Malang yang Lapaknya Terbakar

Kompas.com, 10 April 2025, 15:03 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Pedagang sate bernama Toha (33) di Kota Malang, Jawa Timur, terpaksa libur berjualan setelah lapaknya terbakar pada Rabu (9/4/2025) malam. Seluruh isi lapaknya mulai dari piring, kursi, meja, gerobak, uang Rp 500.000 ikut terbakar.

Toha sudah berjualan selama 12 tahun di bangunan semi permanen dari kayu itu. Meski lapaknya berdiri di lahan milik pemerintah, tetapi baginya sangat berarti.

"Saya sudah jualan 12 tahun di sini, barang-barang tidak ada yang bisa diselamatkan," kata Toha, Kamis (10/4/2025).

Baca juga: Asyik Bersepeda, Seorang Perempuan di Kota Malang Jadi Sasaran Pelecehan

Toha mengetahui lapaknya terbakar setelah mendapat informasi dari salah satu temannya. Padahal sekitar satu jam sebelum kebakaran itu, dia baru selesai berjualan.

"Jadi ada teman saya yang lewat sini tahu ada kebakaran langsung ke rumah saya memberitahu, sebelumnya saya baru pulang jualan," katanya.

Toha akhirnya memilih libur berjualan terlebih dahulu hingga bisa membangun lapaknya kembali.

"Maunya tetap jualan di sini, tapi belum tahu lagi ke depannya seperti apa, karena memulai (membangun lapak) lagi ya butuh waktu," kata pria asal Bangkalan, Madura, itu.

Baca juga: Warga Malang Curiga Pertalite Kurang Takaran, Akurasi SPBU Lalu Diuji

Kebakaran yang terjadi pada Rabu malam itu menyebabkan lima lapak semi permanen di pinggir Jalan Raya Ki Ageng Gribig, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, hangus.

Kebakaran itu diduga disebabkan karena korsleting listrik.

Kepala UPT Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Malang, Agoes Soebekti mengatakan, pihaknya menerjunkan 6 unit mobil pemadam beserta 24 personel ke lokasi kejadian.

"Kami tiba di lokasi sekira pukul 22.15 WIB, kami langsung mencari titik api dan kami lokalisasi, agar api tidak merambat ke bedak lainnya," kata Agoes, Kamis (10/4/2025).

Sesampainya di lokasi, petugas mendapati kobaran api masih membesar dan membumbung tinggi. Awalnya, api muncul dari salah satu lapak dan kemudian membesar merambat ke lapak lainnya.

Dibutuhkan waktu selama 43 menit untuk memadamkan kebakaran tersebut. Penanganan kebakaran dinyatakan selesai sekitar pukul 23.05 WIB.

"Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam peristiwa ini. Namun untuk kerugian materi, ditaksir mencapai Rp 75 juta lebih," katanya.

Sementara itu, Kepala Operasional PMK Kota Malang, Anang Yuwono menuturkan, bahwa kondisi bedak yang terbakar terbuat dari bambu dan kayu sehingga api dengan cepat merambat dan membesar.

Anang juga mengungkapkan, bahwa ada lima bedak yang terbakar yang biasanya digunakan untuk usaha, yaitu berjualan es degan, gorengan hingga bengkel las.

"Tidak ada kendala dalam proses pemadaman, untuk luas area yang terdampak, kurang lebih 60 meter persegi. Dari hasil asesmen, penyebab kebakaran diduga korsleting listrik," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau