LUMAJANG, KOMPAS.com - Banjir lahar dingin Gunung Semeru kembali menerjang aliran Sungai Regoyo di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (17/1/2025) sore.
Akibatnya, siswa asal Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, yang baru saja pulang sekolah harus menunggu sampai banjir surut agar bisa menyeberang dan sampai ke rumahnya.
Sebab, jembatan limpas yang menjadi satu-satunya penghubung Dusun Sumberlangsep dan Dusun Sumberkajar di Desa Jugosari tertutup derasnya banjir lahar hujan Gunung Semeru.
Baca juga: Vaksin PMK di Lumajang Habis
Selain derasnya banjir, jembatan juga tertutup material vulkanik yang dibawa banjir dari Gunung Semeru, seperti pasir dan batu.
Sintia, salah satu siswa SMP di Pasirian, mengaku sudah menunggu di pinggir sungai sejak jam 4 sore agar bisa pulang ke rumahnya.
Baca juga: Korban Banjir Lahar Semeru Terpaksa Menempati Rumah Rusak, Tembok yang Roboh Diganti Papan Bambu
Namun, saat itu banjir lahar sangat deras sehingga tidak memungkinkan untuk melewati jembatan meskipun dengan berjalan kaki.
"Tadi nunggu mulai jam 4, ya walaupun sampai malam enggak papa nunggu daripada kenapa-napa, yang penting bisa pulang," ungkap Sintia di Jembatan Jugosari, Jumat (17/1/2025).
Sebagai informasi, banjir lahar Gunung Semeru terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 milimeter sejak pukul 14.53 WIB.
Sintia akhirnya bisa menyeberang saat matahari sudah mulai tenggelam.
Meski saat itu sebenarnya banjir masih cukup deras untuk dilewati, Sintia memilih nekat menyeberang dengan digendong tetangganya yang kebetulan hendak pulang ke Dusun Sumberlangsep.
Kesulitan serupa juga dialami Isnaini, warga Dusun Sumberlangsep. Saat itu, Isnaini baru saja pulang menjenguk anaknya di pondok.
Berangkat pagi hari saat aliran sungai surut, Isnaini harus dihadang derasnya banjir lahar saat hendak pulang ke rumah. Isnaini juga terpaksa menunggu sampai aliran lahar surut.
Karena tidak kunjung surut, ia nekat menyebrang Sungai Regogo karena langit sudah mulai gelap.
"Jam 5 sampai sini, tak kira hujannya reda, nggak ada banjir, ternyata masih besar, nunggu dulu. Kalau sampai maghrib nggak surut, ya terpaksa nekat," ujar Isnaini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang