PASURUAN, KOMPAS.com - Menjelang liburan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo via Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, masih lesu.
Hal tersebut dirasakan oleh jasa travel serta pemilik hotel dan homestay di kawasan Puncak Tosari.
"Kalau tahun lalu, di atas tanggal 20-an di bulan Desember sudah banyak yang memesan untuk check-in homestay," kata M. Alfan, salah satu pemilik hotel di kawasan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Senin (23/12/2024).
Baca juga: Polres Pasuruan Cek Urine Sopir Jelang Nataru, 1 Terbukti Nyabu
Dia mengaku bahwa pada libur Nataru tahun lalu, di akhir pekan terakhir bulan Desember, puluhan kamar di hotelnya sudah terbooking hingga 90 persen. Namun, tahun ini hanya lima kamar saja yang terisi.
Dia menduga, sepinya pengunjung akibat naiknya tiket masuk ke Gunung Bromo yang belum tersosialisasikan secara maksimal.
"Penyebab utama saya kira karena tarif masuk Bromo naik. Beberapa orang membatalkan pesanan karena tahu tarif naik," jelasnya.
Baca juga: Libur Nataru, Polres Pasuruan Antisipasi Kemacetan di Bromo
Hal serupa juga dirasakan oleh Anis Rizky Wahani, pemilik penginapan Transit dan Cafe di Desa Baledono, Kecamatan Tosari. Dia menyebutkan bahwa penginapannya masih sepi. Belum ada lonjakan pengunjung hingga pekan terakhir bulan Desember 2024.
"Kalau biasanya di liburan akhir tahun atau libur sekolah, pengunjung wisatawan lokal ramai makan di sini. Tetapi di akhir bulan Desember tahun ini masih sepi," tutur Anis.
Senada dengan pengusaha lainnya, Anis menyatakan bahwa naiknya tarif masuk ke Gunung Bromo cukup berpengaruh.
Dia berharap ada kebijakan dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) untuk menurunkan harga tiket.
Untuk informasi, BB TNBTS menaikkan tarif masuk wisatawan ke Gunung Bromo.
Tarif wisatawan lokal nusantara yang semula Rp 29.000 naik menjadi Rp 54.000 untuk hari kerja. Sedangkan untuk hari libur, tarif naik dari Rp 34.000 menjadi Rp 79.000.
Bagi wisatawan mancanegara, tiket masuk menjadi Rp 255.000 baik untuk hari kerja maupun hari libur, semula hanya Rp 220.000 di hari kerja dan Rp 310.000 di hari libur.
Syafril Azhar, pemilik jasa travel asal Pasuruan-Malang, juga mengakui bahwa kondisi lesunya jumlah wisatawan ke Gunung Bromo cukup dirasakan.
Sejumlah klien yang biasa memakai jasanya kini masih memilih alternatif kunjungan ke lokasi lainnya.
"Di antara faktor sepinya kunjungan wisata Bromo adalah naiknya tiket. Apalagi sekarang terhitung masuk long weekend, jadi lebih mahal. Maka sejumlah tamu memilih alternatif ke destinasi wisata lainnya," ujar Syafril.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang