SIDOARJO, KOMPAS.com - Setu (71) segera beranjak menuju ke lokasi kemunculan buaya di Sungai Klurak, ketika tahu ada yang menanyakan mengenai cerita tersebut.
Kemunculan hewan pemangsa di sungai yang ada di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur tersebut belakangan memang mengundang perhatian, dan bahkan mengegerkan warga.
Setu menjadi "dekat" dengan kejadian itu, karena orang yang pertama kali melihat kemunculan buaya tersebut adalah anaknya, saat sedang buang air besar di pinggir sungai.
“Dia dengar suara byur terus melihat ke arah sumber suara ternyata buaya,” kata Setu saat ditemui Kompas.com, Rabu (4/11/2024) siang.
Jarak rumah Setu yang berada di Desa Klurak, RT 7 RW 2, Kecamatan Candi, Sidoarjo dengan sungai hanya sekitar 40 meter.
“Ini pertama kali ada buaya. Hari Kamis (27/11/2024) kemarin muncul dua kali jam lima sore dan 17.30,” ucap dia menerangkan.
Baca juga: Buaya Muncul di Sungai Klurak Sidoarjo, Warga Diminta Menjauh
Menurut Setu, buaya di Sungai Klurak memiliki panjang sekitar dua meter. Ukuran yang cukup besar ini membuat para tetangga penasaran.
“Iya waktu buayanya muncul itu banyak warga yang ke sini, nonton,” sambung Setu.
Warga asli Sidoarjo ini tak tahu dari mana buaya itu berasal. Yang jelas, kata dia, Sungai Klurak mengalir ke Sungai Pecabean sebelum bermuara ke laut, dan selama ini tak ada buaya di sana.
Nah, lokasi di Sungai Klurak memang cenderung dipenuhi semak belukar, eceng gondok, dan sampah.
Kemudian, ada akses jembatan berbahan kayu yang mulai rapuh. Jembatan itu biasa digunakan warga untuk menuju ke kebun dan rawa-rawa di seberang sungai.
Kondisi ini membuat areal sekitar sungai menjadi rungsep, bagaikan "surga" bagi hewan buas seperti buaya. Bahkan, ular dan biawak adalah hewan yang lazim ditemui warga di sana.
Baca juga: Buaya 2,5 Meter yang Dievakuasi dari Pinggir Sungai Kota Jogja Betina
“Kalau biawak dan ular sering. Anak saya itu yang sering nemui. Syukurnya nggak sampai masuk rumah,” sebut Setu.
Sejak buaya muncul di Sungai Klurak, warga menjadi takut untuk kembali beraktivitas di dekat sungai.
Setu pun mengaku enggan lagi menyeberang sungai untuk mengambil daun pisang yang biasa dia gunakan sebagai alas gorengan untuk dagangannya.
“Kemarin sama Pak Polsek nggak boleh dekat-dekat lagi. Tapi di sini biasanya anak-anak kecil itu main dan mancing,” ucap dia.