Editor
KOMPAS.com- Calon Gubernur Jawa Timur (Jatim) nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah menyebut Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim gagal dalam pengelolaan sampah.
Hal ini disampaikan Luluk saat debat ketiga Pilgub Jatim yang digelar di Grand City Convex Surabaya pada Senin (18/11/2024) malam.
"Kalau kita lihat sistem informasi pengelolaan sampah nasional yang mengatakan bahwa Jatim ini produksi sampah begitu besar 5-6 juta ton tapi hanya memiliki kemampuan (pengelolaan) 2,6 juta per tahun. Berarti gagal Pemprov Jatim untuk meng-encourage (mendorong) yang terkait pengolaan sampah," katanya.
Baca juga: Telat Buka Catatan Saat Debat, Cawagub Lukman Disoraki Penonton
Luluk mengatakan pentingnya mengolah sampah menjadi energi agar bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu perlu dilakukan digitalisasi pengelolaan sampah.
"Oleh karena itu, kita harus memastikan sampah, waste to energy. Bagaimana mengolah sampah menjadi energi. Yang kedua pengelolaan itu menjadi digitalisasi pengelolaan sampah," ungkapnya.
Dia juga menekankan ketersediaan anggaran agar ada inisiatif pengelolaan sampah yang berasal dari masyarakat dengan melibatkan organisasi perempuan seperti Muslimat dan Aisyiyah
Menanggapi hal tersebut, Calon Gubernur Jatim nomor urut 2 yang juga petahana, Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa jumlah sampah yang berhasil diolah sebanyak 3,8 juta ton.
"Saya ingin menyampaikan kepada kita semua bahwa hari ini ada kemampuan seluruh elemen di seluruh Jatim, 3,8 juta ton sampah bisa kita kelola," tuturnya.
Dia juga menyebut ada 5.103 bank sampah di Jatim. Lalu ada ada 351 tempat pembuangan sampah yang sudah masuk kategori 3R (reduce, reuse, dan recycle).
"Ada 241 rumah kompos di Jatim dan 2.377 TPS. Dan hari ini ada 50 TPA, yang sudah menjadi sanitary landfill kerja sama dengan sangat banyak negara di dunia," katanya.
Sementara Calon Gubernur Nomor Urut 3, Tri Risma Harini menekankan pengelolaan sampah sejak di level rumah tangga. Dia akan mendorong masyarakat memilah sampah kering dan basah.
"Karena sebetulnya sampah sangat bermanfaat. Kalau kita bisa memisahkan antara sampah kering dan basah. Itu punya nilai terutama dari sisi keuangan," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang