Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gondongan Meningkat di Kabupaten Malang, Waspadai Komplikasi Serius

Kompas.com, 2 November 2024, 18:40 WIB
Imron Hakiki,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Kasus penyakit gondongan mengalami lonjakan di Kabupaten Malang, dengan mayoritas penderitanya adalah anak-anak.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, hingga September 2024, tercatat sebanyak 2.001 kasus gondongan, dengan puncaknya terjadi pada bulan September yang mencapai 792 kasus.

Di RSUD Kanjuruhan, tercatat tiga anak dirawat karena gondongan pada bulan September dan satu anak pada bulan Oktober.

Baca juga: Dinkes Kota Yogyakarta Imbau Siswa Bergejala Gondongan Tidak Masuk Sekolah

Dokter spesialis anak di RSUD Kanjuruhan, dr. Nanda Juwita, Sp.A, mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan penyakit ini.

Meskipun risiko kematian rendah, gondongan dapat memicu komplikasi serius seperti meningitis, orchitis, oophoritis (radang ovarium pada wanita), dan pankreatitis.

“Proses penyembuhan penyakit ini umumnya membutuhkan waktu 1 hingga 2 pekan, dengan syarat pasien harus istirahat cukup dan mengonsumsi obat pereda gejala. Namun, jika terjadi komplikasi, pasien perlu dirawat inap,” ungkap Nanda melalui sambungan telepon pada Sabtu (2/11/2024).

Baca juga: Cegah Gondongan, IDAI Minta Kemenkes Masifkan Vaksin MMR-Varicella

Gondongan ditandai dengan pembengkakan pada area wajah, khususnya di bawah telinga, dan umumnya menyerang anak-anak berusia 5 hingga 9 tahun.

Namun, ada juga kasus pada orang dewasa yang belum divaksinasi atau memiliki kekebalan tubuh yang lemah.

“Gejala terinfeksi gondongan biasanya meliputi pembengkakan dan nyeri kelenjar parotis, demam, sakit kepala, nyeri otot, serta kesulitan makan atau menelan. Meskipun tergolong gejala ringan, komplikasi serius tetap harus diwaspadai,” tegasnya.

Mencegah gondongan

RSUD Kanjuruhan mencatat, peningkatan jumlah pasien gondongan selama tahun 2024, yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu, terutama saat musim penghujan ketika kondisi lingkungan dan sanitasi kurang mendukung.

Untuk mencegah penularan gondongan, Nanda menyarankan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya vaksinasi, menerapkan pola hidup bersih, dan menghindari kontak dengan penderita gondongan.

“Pencegahan yang efektif untuk tidak terjangkit gondongan adalah melalui vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella), disertai dengan perilaku menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan,” pungkasnya.

Baca juga: Dinkes Catat 2001 Kasus Gondongan di Kabupaten Malang, Mayoritas Serang Anak-anak

Gondongan adalah pembengkakan kelenjar parotis yang disebabkan oleh infeksi virus paramyxovirus.

Kelenjar parotis merupakan yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama.

Penyakit ini dapat menular melalui percikan air liur, batuk, dan bersin, dan paling rentan menyerang anak usia 2 hingga 14 tahun.

Anak yang terinfeksi dapat menyebarkan virus dalam kurun waktu 1–7 hari sebelum gejala muncul, dan tetap berisiko menular selama 5–9 hari setelahnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau