Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Lumajang: Indah Janjikan Dana Dusun Rp 300 Juta, Thoriq Ingin Benahi Pajak Pasir

Kompas.com, 24 September 2024, 17:38 WIB
Miftahul Huda,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Pasangan Calon Bupati dan wakil bupati Lumajang nomor urut 2, Indah Amperawati dan Yudha Adji Kusuma, mengungkapkan program-program yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan jika terpilih dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Dari 24 janji politik yang disampaikan, dua program menonjol yakni pemberian dana kepada setiap dusun di Lumajang, yang berkisar antara Rp 100 juta hingga Rp 300 juta setiap tahun.

Program lainnya adalah pemberian BPJS Ketenagakerjaan untuk setiap guru ngaji di wilayah tersebut.

Baca juga: 4 Program Unggulan Acep-Gita KDI di Pilkada Jabar: Pendidikan hingga Keluarga Bahagia

Terkait dana dusun, pemerintah diperkirakan perlu menyiapkan anggaran antara Rp 82,5 miliar hingga Rp 247,5 miliar per tahun. Jumlah tersebut setara dengan 10 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Lumajang yang mencapai Rp 2,4 triliun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah dusun di Lumajang mencapai 825 yang tersebar di 205 desa.

Calon Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menjelaskan bahwa pemberian dana dusun yang mencapai ratusan juta tersebut bertujuan untuk mencapai pemerataan kemajuan di setiap wilayah.

"Ya supaya meratalah setiap dusun itu ada kegiatan dan mengalami kemajuan," ungkap Indah usai pengambilan nomor urut pasangan calon pada Senin (23/9/2024).

Selain dana dusun, Indah juga menyoroti pentingnya memberikan BPJS Ketenagakerjaan bagi guru ngaji.

Menurutnya, guru ngaji memiliki peran mulia dalam mendidik anak-anak untuk membaca Al-Quran dan memahami ilmu agama.

Meskipun banyak guru ngaji yang bekerja dengan ikhlas, pemerintah, kata Indah, harus hadir untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada mereka.

"Selain diberikan honor, para guru ngaji juga harus diberi BPJS Ketenagakerjaan supaya ketika mereka berangkat dari rumah ada jaminan perlindungan," jelasnya.

Sementara itu, pasangan calon Thoriqul Haq dan Lucita Izza Rafika menawarkan peningkatan pendapatan daerah dengan melakukan elektronifikasi pajak pasir.

Menurut Thoriq, hal itu pernah dilakukan saat dirinya masih menjabat sebagai bupati. Kala itu, program tersebut baru berjalan pertengahan tahun 2023 dan berhasil meningkatkan pajak pasir sampai Rp 22 miliar di akhir tahun.

Namun, dua bulan setelah Thoriq lengser, stockpile terpadu yang menjadi pusat penarikan surat keterangan asal barang (SKAB) elektronik ditutup.

"Dulu stockpile pasir terpadu dimulainya pertengahan tahun dan itu bisa menyerap pendapatan untuk daerah sampai Rp 22 miliar, bayangkan kalau itu dimulai sejak awal tahun," jelasnya.

Sebagai informasi tambahan, pasangan Indah-Yudha diusung oleh 11 partai politik, dan mereka akan bersaing dengan pasangan Thoriqul Haq-Lucita Izza Rafika yang didukung oleh lima partai politik lainnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau