KOMPAS.com - Serangan hama tikus di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, semakin meluas. Saat ini, sedikitnya sudah ada 400 hektare lahan pertanian padi dan jagung yang terserang hama tikus.
Fenomena serangan hama tikus ini ternyata bukan baru terjadi pada musim tanam tahun ini.
Sejak musim tanam sebelumnya, hama tikus sudah menyerang walaupun tidak separah sekarang.
Ali, salah satu petani jagung di Desa Jatigono, mengaku sudah mengalami kerugian dalam dua kali musim tanam jagung.
Baca juga: Sawah Rusak Diserang Hama Tikus di Lumajang Bertambah Jadi 400 Hektar
Bahkan, kata Ali, sejak musim lalu ia tidak pernah merasakan hasil jagung yang ia tanam. Sebab, pada saat waktu panen, jagung di lahannya sudah habis dimakan tikus.
"Hama tikus sudah 2 kali tanam untuk musim jagung, ini habis terus gak panen sama sekali," kata Ali di Lumajang, Selasa (30/7/2024).
Ali pun terpaksa menjual daun jagung untuk.dijadikan pakan kambing dan sapi agar tidak mengalami kerugian yang terlalu banyak.
"Ya akhirnya daunnya ini yang saya jual buat pakan ternak, kalau gak gitu malah gak dapat apa-apa," tambahnya.
Roni, petani lainnya mengatakan, hama tikus tidak hanya menyerang tanaman padi dan jagung. Tanaman seperti tomat, terong, hingga timun juga mulai diserang.
Menurutnya, hama tikus ini keluar dan menyerang sawah warga pada malam hari. Saat siang hari relatif tidak pernah nampak tikus berkeliaran di sawah.
"Malam habis maghrib itu mulai keluar, kalau siang gak ada, paling kami nemu yang mati karena diracun itu pun cuma sedikit, banyakan yang datang," terang Ali.
Baca juga: 300 Hektare Lahan Pertanian di Lumajang Diserang Hama Tikus
Kepala Desa Jatigono Rudi Prasetyo mengatakan, luasan sawah rusak di desanya mencapai 130 hektare.
Rudi berharap, ada penanganan cepat dari pemerintah agar para petani tidak merugi. Ia juga berharap TNI dan Polri mau turun tangan menggerakkan petani membasmi hama tikus.
"Luasan di Jatigono 130 hektare, itu bukan jagung saja. Dari pemerintah sudah dilaporkan tapi ini perlu kekompakan termasuk petani, TNI, Polri harus kompak karena kalau ini lokal saja, semua desa tidak digerakkan sama saja," tegasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang