LUMAJANG, KOMPAS.com - Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih terus berlangsung. Pada Rabu (24/7/2024), Gunung Semeru terekam mengalami empat kali erupsi berupa gempa letusan.
Erupsi terjadi pada pukul 00.22 WIB, 05.34 WIB, 07.00 WIB, dan 11.44 WIB. Khusus pukul 05.34 dan 07.00 WIB, letusan tampak disertai asap yang membumbung dari puncak.
Sedangkan, dua letusan lainnya tidak dapat dipantau secara visual karena gunung tertutup kabut.
Baca juga: Gunung Semeru 3 Kali Meletus Selasa Pagi
Pukul 05.34 WIB, asap letusan terpantau setinggi 600 meter di atas puncak kawah. Sedangkan, pukul 07.00 WIB, asap terpantau 800 meter di atas kawah.
Kepala BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi membenarkan erupsi yang terjadi pada pagi tadi. Menurutnya, belum ada laporan dampak yang dialami warga.
"Menurut laporan dari pos pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, benar telah terjadi erupsi empat kali, kolom letusan antara 600-800 meter di atas kawah," kata Patria di Lumajang, Rabu (24/7/2024).
Baca juga: Melihat Tawur Agung Panca Wali Krama di Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang
Patria mengatakan, saat ini status Gunung Semeru berada di level II atau waspada.
Patria menambahkan, aktivitas warga yang berada di lereng Gunung Semeru juga masih terpantau normal.
Meski begitu, Patria mengimbau warga yang beraktivitas di lereng Gunung Semeru untuk tetap waspada.
Warga diminta tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, warga juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, kata Patria, dalam radius 5 kilometer dari kawah Gunung Api Semeru agar tidak dilakukan aktivitas karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
"Kami imbau warga untuk tetap waspada dan perhatikan rekomendasi dari PVMBG, apalagi erupsi yang terjadi terkadang tidak bisa dilihat secara visual seperti pagi tadi," imbaunya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang