Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sri Widajati Pencipta Tari Orek Orek, Dalang Perempuan yang Hidup Matinya untuk Seni Tari

Kompas.com, 24 Juni 2024, 06:25 WIB
Sukoco,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sri Widajati, warga Jl Ayani, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terlihat masih gemulai membawakan tari orek orek karyanya yang sempat menjadi identitas Kabupaten Ngawi.

Pada awalnya menari bukan kesenangan wanita 72 tahun itu. Ia sebenarnya lebih menyukai pagelaran wayang kulit.

Sejak sekolah rakyat (SR) di Kecamatan Kwadungan, di mana bapaknya menjadi camat, dia mengaku sudah memahami cerita pewayangan karena sering diajak menonton pagelaran wayang oleh orang tuanya.

“Kalau nari itu karena diajari oleh guru SR, jadi setiap ada kegiatan saya disuruh nari, akhirnya kegiatan menari itu tidak lepas dari saya meskipun saya sebenarnya menyukai wayang kulit."

"Saya dulu suka menonton pagelaran wayang, terus menghafal cerita dan belajar mendalang meski saya perempuan,” ujarnya ditemui di rumahnya, Sabtu (22/6/2024).

Baca juga: Tari Orek-orek Ngawi, Seni Perjuangan Pekerja Rodi yang Terancam Punah

Raca cintanya terhadap wayang kulit membuat ia melanjutkan sekolah tentang seni tersebut.

Setelah lulus SMP di Ngawi, Sri Widajati melanjutkan sekolah ke Konservatori di Surakarta pada tahun 1868.

Jurusan yang diambil pada awalanya adalah pedalangan karena cita-citanya adalah menjadi dalang. Namun oleh orang tuanya dia diminta memilih jurusan tari.

“Dulu bapak yang protes, bilangnya wedok kok ndalang. Padahal nilai tertinggi saya di sekolah ya soal pedalangan. Tapi karena nurut orang tua saya akhirnya milih jurusan tari klasik,” ucapnya.

Dalang perempuan pertama tampil di televisi

Meski mengambil jurusan tari tetapi dunia pedalangan tidak pernah ditinggalkan Sri Widajati.

Dibantu gurunya di sekolah Konservatori Surakarta, dia masih bisa belajar pedalangan melalui kursus di Mangkunegaran.

“Yang bantu guru saya namanya Pak Bantar. Jadi saya tetap ngambil jurusan tari klasik di sekoah tapi saya juga belajar pedalangan melalui kursus di Mangkunegaran karena gurunya yang ngajar di Mangkunegaran ya Pak Bantar,” kenangnya sambal tertawa.

Sri Widajati lulus menjadi dalang perempuan dari kursus mendalang di Mangkunegaran setelah menjalani pendidikan selama 1 tahun di samping belajar di konservatori.

Sejak saat itu, namanya lebih terkenal sebagai dalang perempuan dibandingkan sebagai siswa sekola penari.

“Setahun setelah lulus kursus dalang saya sering disuruh tampil ndalang. Pertama kali ndalang di TV itu di TVRI Yogyakarta, tivinya masih hitam putih." 

Baca juga: Pekerja Seni di Ngawi Unjuk Rasa di Depan PN, Tuntut Keadilan Kasus Pengeroyokan MC

"Hari Kartini saya juga ndalang di TVRI Surabaya, semua penabuh gamelan juga perempuan,” imbuhnya.

Selain sering tampil di TVRI, Sri Widajanti juga sering tampil pentas dalang wayang kulit pada hari ulang tahun Kabupaten Ngawi.

Sri Widajanti yang sampai saat ini masih menjadi anggota Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani), mengaku terakhir kali mendalang pada tahun 1996 di Kecamatan Kedunggalar.

“Waktu itu ulang tahun ke-3 Permadani saya tampil bersama dua dalang lainya. Saya ndalang di sesi pertama, sesi kedua digantikan Pak Soleman dan sesi ketiga yang tampil Pak Suraji dari Kecamatan Paron. Itu terakhir kali saya mendalang,” katanya.

Dapat kendang dari Masestro Bagong Kussudiardjo

Sri Widajati memperlihatkan foto kopi piagam muri dari rekor 15.316 penari di Ngawi membawakan tari orek orek ciptannya pada tahun 2014 lalu dalam rangka memperingati HUT ke-69 Ngawi. Sayangnya di HUT Kabupaten Ngawi ke 666 tahun ini tari orek orek tak masuk dalam kegiatan.KOMPAS.COM/SUKOCO Sri Widajati memperlihatkan foto kopi piagam muri dari rekor 15.316 penari di Ngawi membawakan tari orek orek ciptannya pada tahun 2014 lalu dalam rangka memperingati HUT ke-69 Ngawi. Sayangnya di HUT Kabupaten Ngawi ke 666 tahun ini tari orek orek tak masuk dalam kegiatan.

Setelah lulus dari sekolah Konservatori Surakarta,  Sri Widajanti meneruskan kuliah ke di Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta pada tahun 1971.

Saat kuliah di ASKI hingga lulus, dia diangkat sebagai staff Dinas Kebudayaan Kabupaten Ngawi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau