KOMPAS.com - Judi online kembali menjadi topik pembahasan setelah diduga menjadi pemicu kasus Polwan di Mojokerto tega membakar suaminya sendiri yang juga merupakan anggota polisi.
Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Margaretha mengatakan, seseorang kecanduan judi online sistem otaknya memiliki kerja yang sama dengan ketergantungan zat adiktif.
"Secara neuropsikologi, suatu kecanduan, baik pada zat maupun non zat, itu pada dasarnya sistem kerja otaknya sama," kata Margaretha ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (12/6/2024).
Baca juga: ASN di Kalbar Dilarang Main Judi Online, Sanksi Pemecatan Menanti
"Kecanduan non zat seperti judi online, game online, dan berbelanja. (Sedangkan) kecanduan zat, misalnya amfetamin, kokain, rokok, mariyuana," tambahnya.
Margaretha menyebut, otak seseorang akan kebanjiran dopamin ketika bermain judi online.
Akhirnya, mereka menjadi ketergantungan karena sudah terbiasa dengan tingginya kadar kesenangan.
"Mereka yang adiksi ini sulit lepas, ingin terus bermain judi sehingga mencari kesempatan untuk mendapat ekstra dopamin, ini yang membuat mereka terus mengulang (judi online)," jelasnya.
Selain itu, kata dia, hal yang membuat seseorang kecanduan judi adalah hasil yang didapatkan tidak pasti. Dengan demikian, mereka semakin belajar untuk mendapatkan hadiah besar.
"Paling khas dengan judi online, itu bukan karena dia selalu menang, justru yang bikin orang suka berjudi adalah karena reward variable-nya, kadang dapat kecil, besar, atau enggak dapat," ucapnya.
Baca juga: Jukir di Medan Main Judi Online Pakai Alat Pembayaran Parkir Elektronik
Pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental itu mengungkapkan, orang kecanduan judi online sulit disembuhkan. Bahkan, membutuhkan profesional bagi yang sudah ketergantungan.
"Karena yang diubah bukan di level perilaku menghentikan menggunakan. Tapi sistem di otaknya harus belajar ulang supaya jumlahnya tidak berlebih, (seperti) ketika mengalami kenikmatan main judi," ujarnya.
Margaretha mengingatkan agar memahami terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang membuat otak menerima banyak dopamin. Sebab, hal itu dipastikan membuat kecanduan.
"Kita perlu sadar, ketika menggunakan sesuatu, apakah tergantung sama sesuatu itu. Kalau enggak pengen tergantung, kendalikan penggunaan kita, bisa judi online, game, handphone, atau belanja," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang