Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 9 Tahun di Sukabumi Meninggal Diduga karena Keracunan Saat Hajatan, 136 Orang Lainnya Dirawat

Kompas.com - 12/06/2024, 13:53 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - N (9), bocah perempuan asal Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat meninggal diduga akibat keracunan makanan hajatan pernikahan pada Selasa (11/6/2024).

Total korban keracunan massal itu mencapai 136 orang yang berasal dari Kecamatan Sagaranten dan Kecamatan Curugkembar. Sebagian korban ada yang harus mendapatkan perawatan di pusat kesehatan baik di puskesmas setempat hingga rumah sakit.

Korban N dibawa ke Puskesmas Curugkembar pada Senin (10/6/2024) dan dirujuk ke RSUD Sagaranten.

Plh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Andi Rahman mengatakan gejala yang dialami korban adalah panas tinggi hingga kejang-kejang.

Baca juga: Lebih dari 100 Orang di Sukabumi Keracunan Makanan, Seorang Anak Meninggal Dunia

"Kalau semua yang datang yang rujuk ada panas sama kejang, berarti kan bisa prediksi mengansumsikan karena bakteri. Tapi kan yang kejang itu hanya satu, saya tadi kontak ke direkturnya tolong dibuatkan penyebab kematian. Kalau dari keracunan saya, yakin enggak ada hubungan yang signifikan, karena yang lainnya nggk ada kejang," ujar Andi, Selasa (11/6/2024).

Ia mengatakan saat ini ini pihak Dinas kesehatan masih menelusuri penyebab kematian korban.

"Yang dirawat di posko itu banyak anak sebenarnya, yang dirujuk ke rumah sakit hanya dia. Kalau dilihat dari keracunan makanan, berarti itu racun yang ganas, kalau yang menyebabkan kejang itu, yang menyerang saraf itu rata-rata bakteri faktogen yang keras racunnya, tapi kan kasusnya hanya dia, anak-anak yang lainnya enggak ada yang kejang. Berarti kan penyebab kematiannya bukan keracunan kalau menurut saya," ucap Andi.

Ratusan warga itu diduga keracunan usai menyantap hidangan di acara resepsi pernikahan di Kampung Cimanggir, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Sagaranten, Minggu (9/6/2024).

Baca juga: Diduga Korban Keracunan Massal di Sukabumi, Satu Anak Meninggal Dunia

Setelah itu puluhan warga itu merasakan gejala mual, muntah, mencret, lemas dan demam pada Senin (10/6/2024).

Andi mengatakan, makanan yang diamankan itu di antaranya mi hingga daging ayam yang dikonsumsi korban dalam hajatan itu.

"Para korban mengonsumsi nasi bok atau prasmanan syukuran hajatan warga, makanan yang diamankan itu ada nasi merah, buncis, mi, dan ayam," ujar Andi.

Sementara itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi pada Rabu 12/6/2024) mencatat jumlah korban menjadi 136 orang.

Kepala Tim Kerja Surveilans, Imuniasasi dan Penanggulangan Krisis Kesehatan Dinkes Kabupaten Sukabumi, Tatang Sutarman mengatakan bahwa 136 orang korban itu ada yang dirawat di Puskesmas Sagaranten, RSUD Sagaranten, RSU Jampangkulon dan RSUD R Syamsudin SH (Bunut) Kota Sukabumi.

Baca juga: Keracunan di Gunungkidul Tewaskan 2 Orang, Bakteri E coli dan Kapang Ditemukan di Feses Pasien

"Update data hari ini per pukul 08.00, ditangani di Puskesmas Sagaranten 91 orang, 34 orang korban masih dirawat dan 57 orang sudah pulang, dirawat di RSUD Sagaranten itu 43 orang," ujar Tatang kepada Tribun, Rabu (12/6/2024).

Pasien yang dirawat di RSUD Sagaranten sendiri 19 orang diantaranya merupakan warga Curugkembar, di sana saat ini terdapat 38 orang masih dirawat termasuk 19 orang korban asal Curugkembar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bromo Kembali Terbakar, Kali Ini di Kawasan Gunung Bathok

Bromo Kembali Terbakar, Kali Ini di Kawasan Gunung Bathok

Surabaya
Presiden Eksekutif Mahasiswa UB Dilaporkan ke Polisi, Terkait Kasus Apa?

Presiden Eksekutif Mahasiswa UB Dilaporkan ke Polisi, Terkait Kasus Apa?

Surabaya
Mesin Mati, Truk Pengangkut Pasir di Magetan Terguling ke Jurang, 2 Orang Luka-luka

Mesin Mati, Truk Pengangkut Pasir di Magetan Terguling ke Jurang, 2 Orang Luka-luka

Surabaya
Madura, Lumajang, dan Pasuruan Disebut Rawan Saat Pilkada 2024, Kapolda Jatim Ungkap Alasannya

Madura, Lumajang, dan Pasuruan Disebut Rawan Saat Pilkada 2024, Kapolda Jatim Ungkap Alasannya

Surabaya
Cegah Aktivitas Judi 'Online', Polres Malang Cek Ponsel Para Anggotanya

Cegah Aktivitas Judi "Online", Polres Malang Cek Ponsel Para Anggotanya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 22 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 22 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 22 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 22 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 22 Juni 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 22 Juni 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Pilkada Kota Probolinggo, Nasdem Rekomendasi Pasangan Aminudin-Ina

Pilkada Kota Probolinggo, Nasdem Rekomendasi Pasangan Aminudin-Ina

Surabaya
42.408 KK di Surabaya Terancam Diblokir karena Tak Sesuai Domisili

42.408 KK di Surabaya Terancam Diblokir karena Tak Sesuai Domisili

Surabaya
Truk Ekspedisi Muat Barang Elektronik Terbakar di Ngawi, Terdengar Ledakan Beberapa Kali

Truk Ekspedisi Muat Barang Elektronik Terbakar di Ngawi, Terdengar Ledakan Beberapa Kali

Surabaya
Pilkada Kota Blitar 2024, Hasto: Dicari Anak Muda Berwawasan Global

Pilkada Kota Blitar 2024, Hasto: Dicari Anak Muda Berwawasan Global

Surabaya
Risma, Pramono Anung, dan Sandiaga Masuk Daftar Bacalon Gubernur Jatim dari PDI-P

Risma, Pramono Anung, dan Sandiaga Masuk Daftar Bacalon Gubernur Jatim dari PDI-P

Surabaya
Mengapa Blitar Disebut Kota Patria?

Mengapa Blitar Disebut Kota Patria?

Surabaya
Pelapor Pelecehan Logo NU 'Ulama Nambang' di Surabaya merupakan Caleg PSI

Pelapor Pelecehan Logo NU "Ulama Nambang" di Surabaya merupakan Caleg PSI

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com