Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 231 Kasus DBD di Kota Malang, 2 Meninggal Dunia

Kompas.com, 5 April 2024, 16:51 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Malang, Jawa Timur, mencapai 231 kasus terhitung sejak Januari hingga Maret 2024.

Dari jumlah tersebut, terdapat dua bayi meninggal dunia berusia 8 bulan dan 1 tahun asal Kecamatan Sukun.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif mengatakan, masyarakat yang terkena DBD didominasi antara usia 15-40 tahun. Peningkatan perkembangbiakan induk nyamuk disinyalir menjadi faktor utamanya.

"Tadi pagi kita dapat kabar dari RSSA ada kematian lagi usia 1 tahun, jadi sampai sekarang angka kematian kasus DBD kita 2, dari 231 kasus DBD," kata dr Husnul, Jumat (5/4/2024).

Baca juga: Kronologi Perampokan dan Pembunuhan Lansia di Malang, Pelaku Kakak Adik Tetangga Korban

Dia menyampaikan, kasus DBD di Kota Malang merata di 5 kecamatan yang ada. Dinkes Kota Malang saat ini terus menggencarkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada masyarakat.

Husnul berharap, masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan seperti sanitasi.

"Sumber itu terkait dengan kebersihan lingkungan, sanitasi, maupun kesadaran daripada masyarakat. Untuk menghilangkan, mengurangi perindukan nyamuknya harus ditingkatkan, karena itu sumbernya nyamuk DBD," katanya.

Baca juga: Motif Kakak Adik Rampok dan Bunuh Tetangga di Malang, Bayar Utang dan Modal Nikah

Dinkes Kota Malang juga telah memetakan titik-titik rawan kasus DBD di lima kecamatan pada tahun 2020 sampai 2023.

Salah satunya, bersama Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengunjungi perkampungan di Jalan S Supriadi Gang 9 RT 12 RW 4, Kecamatan Sukun pada hari ini, Jumat (5/4/2024).

Di wilayah tersebut ditemukan sumur yang menjadi sarang nyamuk.

"Seperti sumur itu banyak nyamuk yang terbang semua ke atas, makanya saya bilang ke Bapak (Pj Wali Kota Malang) itu sumber terbesarnya," katanya.

Sedangkan, untuk penyemprotan dengan pengasapan atau fogging tidak bisa menjadi satu-satunya cara menekan kasus DBD secara signifikan. Cara itu hanya untuk membunuh nyamuk dewasa.

"Tetapi untuk menghilangkan, mengurangi perindukan nyamuknya harus ditingkatkan," katanya.

Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengimbau warga Kota Malang untuk meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan.

Dia juga sudah meminta jajaran camat, lurah dan lainnya untuk memantau warganya melakukan kerja bakti dan membersihkan sarang nyamuk.

"Untuk warga Malang harus sadar diri, bahwa kondisi Kota Malang ini memungkinkan sekali terjadi DBD karena banyak rumah-rumah di sana, curah hujan tidak terlalu tinggi, kadangkala tidak sadar ada tempat-tempat yang menjadi tempatnya bermukimnya nyamuk," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau