Salin Artikel

Ada 231 Kasus DBD di Kota Malang, 2 Meninggal Dunia

MALANG, KOMPAS.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Malang, Jawa Timur, mencapai 231 kasus terhitung sejak Januari hingga Maret 2024.

Dari jumlah tersebut, terdapat dua bayi meninggal dunia berusia 8 bulan dan 1 tahun asal Kecamatan Sukun.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif mengatakan, masyarakat yang terkena DBD didominasi antara usia 15-40 tahun. Peningkatan perkembangbiakan induk nyamuk disinyalir menjadi faktor utamanya.

"Tadi pagi kita dapat kabar dari RSSA ada kematian lagi usia 1 tahun, jadi sampai sekarang angka kematian kasus DBD kita 2, dari 231 kasus DBD," kata dr Husnul, Jumat (5/4/2024).

Dia menyampaikan, kasus DBD di Kota Malang merata di 5 kecamatan yang ada. Dinkes Kota Malang saat ini terus menggencarkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada masyarakat.

Husnul berharap, masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan seperti sanitasi.

"Sumber itu terkait dengan kebersihan lingkungan, sanitasi, maupun kesadaran daripada masyarakat. Untuk menghilangkan, mengurangi perindukan nyamuknya harus ditingkatkan, karena itu sumbernya nyamuk DBD," katanya.

Dinkes Kota Malang juga telah memetakan titik-titik rawan kasus DBD di lima kecamatan pada tahun 2020 sampai 2023.

Salah satunya, bersama Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengunjungi perkampungan di Jalan S Supriadi Gang 9 RT 12 RW 4, Kecamatan Sukun pada hari ini, Jumat (5/4/2024).

Di wilayah tersebut ditemukan sumur yang menjadi sarang nyamuk.

"Seperti sumur itu banyak nyamuk yang terbang semua ke atas, makanya saya bilang ke Bapak (Pj Wali Kota Malang) itu sumber terbesarnya," katanya.

Sedangkan, untuk penyemprotan dengan pengasapan atau fogging tidak bisa menjadi satu-satunya cara menekan kasus DBD secara signifikan. Cara itu hanya untuk membunuh nyamuk dewasa.

"Tetapi untuk menghilangkan, mengurangi perindukan nyamuknya harus ditingkatkan," katanya.

Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengimbau warga Kota Malang untuk meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan.

Dia juga sudah meminta jajaran camat, lurah dan lainnya untuk memantau warganya melakukan kerja bakti dan membersihkan sarang nyamuk.

"Untuk warga Malang harus sadar diri, bahwa kondisi Kota Malang ini memungkinkan sekali terjadi DBD karena banyak rumah-rumah di sana, curah hujan tidak terlalu tinggi, kadangkala tidak sadar ada tempat-tempat yang menjadi tempatnya bermukimnya nyamuk," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/04/05/165105078/ada-231-kasus-dbd-di-kota-malang-2-meninggal-dunia

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com