KOMPAS.com - Gunung Penanggungan terletak di Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan Jawa Timur.
Ketinggian Gunung Penanggungan adalah 1653 meter di atas permukaan laut dan sudah tidak aktif lagi.
Gunung Penanggung berjenis stratovolcano atau gunung yang memiliki sisi relatif curam dan lebih berbentuk kerucut dibandingkan gunung api perisai yang tersusun dari lava encer.
Gunung Penanggungan bernilai penting karena hampir sekujur lerengnya dipenuhi oleh ratusan situs-situs arkeologi dan spiritual Indonesia dari era Hindu-Buddha.
Kurang lebih seratus bangunan atau sisa bangunan ditemukan. Letaknya kebanyakan berada di sisi barat hingga utara, masuk dalam Kecamatan Trawas, Mojokerto.
Berdasarkan mitos Jawa seperti yang tertulis dalam Kitab Panggelaran, Gunung Penanggungan (Pawitra) adalah bagian puncak Gunung Mahameru yang tercecer saat dipindahkan ke Jawadwipa (Pulau Jawa).
Penanggungan adalah salah satu dari sembilan gunung yang dianggap suci di Jawa.
Dalam kakawin Negarakertagama disebutkan bahwa Gunung Pawitra (Penanggungan) adalah satu dari tujuh gunung tempat para resi bertapa.
Gunung lain yang juga digunakan untuk bertapa adalah Sampud, Pucangan, Rupit, Pilan, Jagadhita, dan Butun.
Referensi mengenai kesucian tersebut tidak terlepas dari morfologi kompleks gunung.
Satu puncak tertinggi yang dikelilingi oleh delapan puncak dengan letak yang mengingatkan pada gambaran mandala kosmologi Hindu-Buddha.
Pada sekitar lereng gunung ditemukan berbagai peninggalan perbakala, seperti ceruk pertapaan, candi, atau petirtaan dalam periode Hindu-Buddha di Jawa Timur.
Inventarisasi dan dokumentasi pertama kali dilakukan oleh tim Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda pada tahun 1935-1940, pimpinan WF Stutterheim dan A Gall.
Baca juga: Ditemukan 116 Situs di Gunung Penanggungan
Inventarisasi tersebut dilakukan setelah banyak laporan dari berbagai sumber sejak tahun 1900. Beberapa laporan menyertakan foto dan prasasti dengan angka tahu dari abad ke-15 M.
Tim mencatat terdapat sebanyak 81 kepurbakalaan yang diberi angka Romawi I-LXXXI. Hasil penelitian tersebut baru diterbitkan pada tahun 1951, namun datanya tidak lengkap lagi.
Dilansir dari Tribunnewswiki, eksplorasi yang dilakukan oleh tim dari Universitas Surabaya (Ubaya) hingga 2017 telah menginventarisasi sebanyak 198 situs atau bangunan kepurbakalaan.
Beberapa stuktur yang ditemukan, yaitu Gapura Jedong (926 Masehi), Petirtaan Jalatunda (abad ke-10), Candi Kendalisodo, Petirtaan Belahan, Candi Merak, Candi Pendawa, Candi Yudha, dan Candi Selokelir.
Benda-benda lainnya berupa punden berundak dan tempat pertapaan.
Bangunan candi yang menempel pada dinding gunung atau lereng menjadi ciri khas candi di Gunung Penanggungan. Sehingga, candi-candi tersebut tidak berdiri sendiri.
Beberapa gaya punden berundak juga dianggap sebagai ciri khas gaya bangunan pemujaan di Nusantara.
Adanya penemuan "jalur ziarah" setelah kebakaran hebat 2015 makin meneguhkan bahwa gunung tersebut merupakan tempat suci masyarakat Jawa.