LAMONGAN, KOMPAS.com - Pihak kepolisian menyelidiki dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan warga di Desa Truni, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Dugaan keracunan massal itu terjadi usai warga menghadiri acara hajatan di rumah W pada Jumat (28/7/2023). Selang sehari, para korban merasakan pusing, mual, muntah, diare dan dehidrasi. Mereka lantas dirujuk ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk perawatan medis.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Babat Kompol Ali Kantha mengatakan, pihaknya sudah mengamankan beberapa jenis makanan yang diduga menjadi penyebab warga keracunan. Sampel makanan itu lantas dikirim ke Laboratorium Forensik di Surabaya untuk diteliti.
"Mungkin satu atau dua hari ke depan akan keluar hasilnya, kami juga masih menunggu," kata Ali Kantha, Senin (31/7/2023).
Baca juga: Labkesda Jabar Uji Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Cimahi
Sembari menunggu hasil pemeriksaan laboratorium, Ali Kantha bersama dengan tim medis dan perangkat desa setempat mengunjungi rumah tempat hajatan berlangsung. Setelah memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar rumah itu, Ali Kantha dan rombongan curiga pada sebuah sumur yang terletak tidak jauh dari rumah tersebut.
"Kami mencurigai sebuah sumur yang kotor. Airnya, dari pengakuan sebagian pemilik rumah yang kami temui, memang digunakan untuk memasak dan juga minum saat hajatan kemarin. Tapi ini kan masih dugaan kami, juga dokter yang ikut tadi (dalam rombongan). Lebih jelas dan pastinya, kami menunggu hasil dari laboratorium," kata Ali Kantha.
Baca juga: Buntut Keracunan Massal di Cimahi, Polisi Periksa Pengusaha Katering
Sementara itu, kondisi korban dugaan keracunan dari makanan yang disajikan saat hajatan terus membaik. Bahkan, sebagian di antara mereka sudah ada yang diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Sebelumnya, ada 17 warga yang dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat dan 17 orang yang dirawat di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Babat.
"Untuk hari ini, ada sembilan orang yang sudah diperbolehkan pulang dari kedua rumah sakit tersebut. Sementara pasien yang masih rawat inap, tetap dalam perawatan intensif," ujar Ali Kantha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.