Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembar Mayang, Tradisi Jawa untuk Melepas Masa Lajang

Kompas.com, 12 Januari 2022, 16:01 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Masyarakat Jawa masih memegang teguh adat istiadat dalam beberapa kesempatan, salah satunya upacara pernikahan.

Dalam tradisi Jawa, resepsi pernikahan dilengkapi dengan prosesi temu manten, atau pertemuan kedua mempelai. Tradisi ini dilakukan setelah ijab kabul diselenggarakan.

Praktiknya, mempelai wanita akan menunggu kedatangan mempelai pria dari pelaminan. Sementara mempelai pria datang diiringi oleh rombongan.

Saat kedua mempelai sudah dekat, keduanya akan saling melempar gantal atau gulungan daun sirih ke arah masing-masing.

Baca juga: Ruwatan, Tradisi Jawa Pembuang Sial

Prosesi melempar gantal ini untuk melambangkan pertemuan kedua mempelai. Konon inspirasi prosesi ini diambil dari kisah pertemuan Adam dan Hawa di bumi.

Di antara pengiring mempelai pria, ada dua cantrik yang membawa rangkaian yang terbuat dari daun kelapa muda. Rangkaian ini yang dikenal dengan kembar mayang.

Pengertian Kembar Mayang dan Filosofinya

Pada saat proses temu manten, kembar mayang akan disentuhkan ke bahu kanan dan kiri mempelai pria. Kemudian akan diserahkan kepada cantrik mempelai wanita.

Kembar mayang memiliki nama yang berbeda untuk beberapa daerah. Ada yang menyebutnya dengan gagar mayang, ada pula yang menyebutnya megar mayang.

Kembar mayang berasal dari dua kata, yaitu kembar yang berarti sama, dan mayang yang berarti bunga.

Artinya, kembar mayang adalah dua rangkai bunga yang memiliki kesamaan bentuk, isi, dan wujudnya. Kembar mayang merupakan simbol cita-cita, harapan, dan kemauan.

Baca juga: Ruwatan Murwakala, Tradisi Jawa Kuno yang Masih Eksis di Candi Kidal

Kembar mayang diwujudkan dalam bentuk gunungan. Daun kelapa muda atau janur akan dibuat menjadi beragam bentuk yang menyerupai keris, burung, bunga, ular, dan kincir.

Kembar mayang terdiri dari beberapa bentuk yang memiliki makna tersendiri.Irondaru/Shutterstock.com Kembar mayang terdiri dari beberapa bentuk yang memiliki makna tersendiri.
Masing-masing bentuk memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Jawa. Berikut makna kembar mayang berdasarkan bentuknya:

  • Bentuk keris, melambangkan kewibawaan dan jiwa ksatria. Diharapkan mempelai pria bisa menjadi pengayom dalam berumah tangga.
  • Bentuk kincir, atau kitiran, menandakan perputaran kehidupan. Harapannya, mempelai pria bisa melakukan transformasi diri dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai seorang sami.
  • Bentuk bunga, yaitu kembang temu, melambangkan sebuah pertemuan. Perselisihan dalam rumah tangga hendaknya dapat diselesaikan dengan pertemuan, komunikasi, dan musyawarah kedua pihak.
  • Bentuk ular, atau uler-uleran, sebagai perlambang keuletan suami. Dia harus mampu mencukupi semua kebutuhan rumah tangga.
  • Bentuk burung, atau manuk-manukan, menandakan kegesitan dan kelincahan dalam mencari sumber penghidupan. Simbol ini menandakan bahwa kedua mempelai harus bisa mandiri dalam memulai bahtera rumah tangga.

Baca juga: 5 Upacara Adat Jawa Timur, dari Ungkapan Syukur hingga Kalender Jawa

Kembar mayang lazimnya digunakan saat pernikahan. Tradisi ini juga menandakan sudah lepasnya masa lajang bagi pria dan wanita Jawa.

Tradisi kembar mayang hanya dilakukan satu kali seumur hidup. Jika terjadi perpisahan, dan seseorang itu menikah lagi, maka pernikahan kedua dan seterusnya tidak perlu kembar mayang.

Di beberapa daerah di Jawa, kembar mayang merupakan keharusan. Sehingga jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan lajang, maka akan dibuatkan kembar mayang dan diletakkan di sisi makam.

Sumber:
Ejournal.iainbengkulu.ac.id
Repository.ung.ac.id

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Kuasa Hukum: Korban Pencabulan Sempat Akan Akhiri Hidup, Namun Justru Diintimidasi Ponpes
Kuasa Hukum: Korban Pencabulan Sempat Akan Akhiri Hidup, Namun Justru Diintimidasi Ponpes
Surabaya
Kapolres Pacitan Ungkap Asal Uang Kakek Tarman yang Bagikan Rp 100.000 ke Tiap Tamu Saat Resepsi
Kapolres Pacitan Ungkap Asal Uang Kakek Tarman yang Bagikan Rp 100.000 ke Tiap Tamu Saat Resepsi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau