SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menunda rencana pembangunan tanggul laut untuk mencegah banjir rob. Pemkot memprioritaskan rumah pompa, pintu air, dan bozem.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi mengatakan, tanggul laut memang dibutuhkan untuk mengantisipasi banjir rob di wilayah pesisir.
“Penanganan banjir rob itu memang harus ada tanggul laut, kemudian dilengkapi dengan pintu air dan pompa air," kata Syamsul ketika dikonfirmasi, Senin (8/12/2025).
Baca juga: RSUD Dr Soetomo Surabaya Kirim Tim Tenaga Kesehatan ke Wilayah Terdampak Banjir Sumatera
Akan tetapi, kata Syamsul, pihaknya masih belum bisa merealisasikan tanggul laut. Sebab, proses pembangunannya kompleks dan tidak semua wilayah pesisir membutuhkan.
"Seperti di wilayah barat, Kalianak dan lain sebagainya, itu sebetulnya sudah ada tanggulnya. Bukan tanggul laut namanya, tapi itu sudah proteksi terhadap air laut,” jelasnya.
Baca juga: Diskon 30 Persen Tiket Kereta Api Daop 8 Surabaya Periode Nataru Terjual 53.000 Kursi
Selain itu, lanjut dia, sebagian tanah di wilayah barat sudah ditinggikan oleh pengembang. Dengan demikian, pihaknya hanya perlu melengkapi infrastruktur pengendalian air.
"Karena di sana kebanyakan tanahnya itu milik pengembang dan pergudangan. Itu sudah otomatis ditinggikan oleh mereka, sehingga kita tinggal melengkapi saja," ujarnya.
Dengan demikian, Pemkot Surabaya lebih memilih membangun rumah pompa di wilayah barat untuk mengantisipasi bajir rob. Mulai dari Kali Krembangan, Kalianak dan Kali Sememi.
“Jadi kita agendakan untuk rumah pompa di tiga atau empat sungai yang menuju ke laut di wilayah barat itu. Wilayah barat itu ada sekitar lima akses yang menuju laut," ucapnya.
Sedangkan, Syamsul menyebut, pompa dan pintu air sudah ada di pesisir timur Surabaya. Menurutnya, infrastruktur pengendali banjir itu sudah cukup mengendalikan rob.
Lebih lanjut, Syamsul mengungkapkan, pihaknya sudah memiliki tiga bozem utama di Bratang, Kalidami, dan Morokrembangan. Masing-masing bisa menampung 80.000 meter kubik air.
“Kalau hujan, air masuk ke bozem, dipompa ke laut saat pasang. Kalau surut, air dari bozem bisa langsung mengalir dibantu pompa juga, jadi dua kali kecepatannya lebih cepat," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang