Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanaman Melon Petani di Situbondo Digusur untuk Pembangunan Bandara Militer

Kompas.com, 21 November 2025, 07:49 WIB
Ridho Abdullah Akbar,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SITUBONDO, KOMPAS.com - Para petani melon di Desa Wringin, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, merasa teriris hatinya setelah melihat tanamannya yang dirawat 3,5 bulan harus digusur.

Perusakan tersebut bagian dari penggusuran yang dilakukan oleh tentara. TNI diberi hibah tanah 306 hektar oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk pembangunan bandara militer.

Salah satu petani, Cahyo (40), warga Desa Sidorejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, mengaku kecewa dengan langkah yang dilakukan pemerintah.

Baca juga: Sering Abrasi dan Banjir Rob, Pantai Batu Tanjung Situbondo Ditanami Mangrove

"Saya tidak masalah ada pengalihan lahan, itu bukan lahan saya, saya di situ menyewa, 1 hektar harganya Rp 8 juta ke Pemda," katanya saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (21/11/2025).

Namun, dirinya menyesalkan karena kejelasan pengalihan lahan yang tidak jelas. Informasi yang didapatnya lahan akan dialihkan menjadi bandara militer pada 2026. Tetapi, kenyataannya dilakukan pada November 2025.

Baca juga: Warga Tallo Usul Solusi Hentikan Tawuran: Buka Lapangan Kerja hingga Program “Barak Militer”

"Melon kami ini tinggal 10 hari lagi panen tetapi malah digusur, sebelumnya tidak ada informasi terkait itu," ucapnya.

Menurutnya, tidak semua lahan petani digusur. Ada sebagian petani sudah melakukan panen melon. Untuk lahan melon yang dipaksa digusur rata-rata penanamannya paling akhir.

"Kami juga tiba-tiba diberi ganti rugi cuman patokan angka ganti rugi diambil dari modal penanaman, kalau kami tahu akan begini mending kami tidak menanam dari awal," katanya.

Informasi yang dia terima, petani akan diberi uang ganti rugi oleh pemerintah pusat sebesar Rp 100 juta. Dia berharap uang tersebut tidak dipotong karena modal menanam melon dan pupuknya lebih dari itu.

"Katanya diganti Rp 100 juta cuman tidak tahu ke depannya bagaimana, ya kami tahu pemerintahan bagaimana ruwetnya, saya berharap uang ganti rugi kami tidak dikorupsi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo, Dadang Aries menyatakan, pihaknya sudah memberi tahu petani untuk segera mengosongkan lahan. Ganti rugi akibat kegiatan pengosongan lahan juga akan segera diberikan.

"Untuk petani yang terdampak tanamannya, Kementerian Pertahanan akan memberikan ganti rugi, baik petani tanaman melon, semangka, tebu dan jagung. Kemhan dan kami memberikan kesempatan kepada petani untuk memanen tanaman lebih awal," katanya.

Menurutnya, dalam perjanjian sewa terdapat klausul, jika lahan sewaktu-waktu dibutuhkan, maka pemerintah dapat mengambil lahan tanpa ganti rugi.

Namun, pihak Kementerian Pertahanan masih memberikan ganti rugi tanaman sebagai bentuk kepedulian.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau