Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Rantai Keuntungan Penimbun Solar Subsidi: Operator SPBU hingga Perusahaan Industri

Kompas.com, 17 November 2025, 17:23 WIB
Miftahul Huda,
Icha Rastika

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Penimbunan bahan bakar minyak (BBM) subsidi masih jadi pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan serius oleh pemerintah.

Dua minggu lalu, Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur melakukan operasi tangkap tangan (OTT) penimbunan solar subsidi.

OTT dilakukan langsung oleh Bupati Lumajang, Indah Amperawati, di dekat stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Desa Labruk Lor, Kecamatan Lumajang, Senin (3/11/2025) malam.

Saat itu, Bupati Indah mendapati truk yang dikemudikan UP, warga Kelurahan Jogoyudan, Kecamatan Lumajang, tengah mengangkut BBM jenis solar subsidi sebanyak 1.000 liter.

Truk tersebut dibuntuti Indah sejak sebelum masuk ke SPBU hingga akhirnya keluar setelah melakukan pengisian.

Baca juga: Tidak Jadi Tersangka, Sopir Truk Angkut Solar Subsidi yang Tertangkap Tangan Bupati Lumajang Dipulangkan

Saat itu, truk dengan nomor polisi N 9407 UN melakukan pengisian BBM di SPBU Labruk Lor pukul 18.42 WIB.

Truk yang dikendarai UP dilayani oleh petugas dengan nominal pembelian Rp 500.000 atau setara 73,520 liter.

Tidak hanya itu, Bupati Indah mendapati lebih dari 10 barcode untuk pengisian BBM subsidi dikuasai UP.

Modusnya, truk mengisi di SPBU sesuai aturan, yakni maksimal 200 liter dan menggunakan barcode.

Metode pengisian pun dilakukan seperti biasa, yakni melalui tangki BBM truk.

Namun, di balik bak truk, ternyata terdapat tandon air lengkap dengan selang dan mesin penyedot untuk memindahkan BBM dalam tangki ke tandon air.

Lalu, berapa sebenarnya keuntungan oknum-oknum pencuri subsidi negara ini?

Bupati Lumajang Indah Amperawati membagi tiga kelompok peraih keuntungan dari bisnis haram ini.

Baca juga: Pertamina Akan Sanksi SPBU Nakal di Pamekasan yang Jual Solar Subsidi di Luar Aturan

Tiga kelompok yang dimaksud terdiri dari oknum petugas SPBU, penimbun BBM subsidi, dan perusahaan industri yang menggunakan solar subsidi.

Pertamina cek distribusi BBM subdisi di SPBU LumajangKOMPAS.com/MIFTAHUL HUDA Pertamina cek distribusi BBM subdisi di SPBU Lumajang

Keuntungan oknum operator SPBU

Oknum petugas SPBU merupakan kelompok terkecil dari peraih keuntungan gelapkan subsidi negara.

Menurut Indah, oknum petugas yang bekerja sama dengan penimbun solar, mendapatkan keuntungan sekitar Rp 300 per liter.

Artinya, jika dalam sehari ada 1.000 liter BBM subsidi yang dibeli secara curang, ada Rp 300.000 yang dikantongi oknum operator nakal.

Dalam setahun, oknum petugas ini bisa meraup untung sebesar Rp 109.500.000.

"Jadi harga solar subsidi Rp 6.800, oknum (penimbun) bisa membeli di SPBU itu Rp 7.100, yang Rp 300 untuk oknum misalnya operator," kata Indah di Lumajang, Senin (17/11/2025).

Keuntungan oknum penimbun

Kelompok berikutnya yakni oknum penimbun solar subsidi, yang merupakan kelompok penyalur dari SPBU ke perusahaan pengguna.

Menurut Indah, dari harga beli Rp 7.100 di SPBU tadi, solar subsidi bisa dijual ke oknum perusahaan dengan harga Rp 9.000 per liter.

Artinya, keuntungan yang dikantongi oknum penimbun solar subsidi mencapai Rp 1.900 per liter.

Baca juga: Truk Penimbun Solar Subsidi di Lumajang Punya Lebih dari 10 Barcode, Ini Penjelasan Pertamina

Menurut Indah, oknum penimbun bisa menjual 2.000 liter solar subsidi ke perusahaan setiap hari.

Apabila jumlah tersebut dikalikan keuntungan Rp 1.900 per liter, kelompok penimbun bisa meraup untung sebesar Rp 3.800.000 per hari.

Dalam setahun, oknum penimbun bisa membawa pulang keuntungan sebesar Rp 1.387.000.000.

"Jualnya ke pengguna itu Rp 9.000 kan, Rp 1.900 untungnya. Sekali jual itu bisa 2.000 liter, kalau dia lakukan itu setiap hari, ya bisa dihitung," ucap dia.

Gudang yang diduga jadi tempat penyimpanan solar subsidi disegel polisi, Selasa (4/11/2025)KOMPAS.com/MIFTAHUL HUDA Gudang yang diduga jadi tempat penyimpanan solar subsidi disegel polisi, Selasa (4/11/2025)

Keuntungan oknum perusahaan industri

Kelompok terakhir yakni oknum perusahaan industri yang seharusnya menggunakan BBM jenis solar industri untuk operasional, tetapi malah curang dengan menggunakan solar subsidi.

Area Manager Communication, Relations dan CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rehadi mengatakan, rata-rata solar industri dibanderol dengan harga Rp 20.000 per liter.

Namun, harga tersebut bisa berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.

"(Kisaran harga solar industri) Rp 20.000 (per liter). Kalau solar industri, tidak seperti solar di SPBU, harga per segmen konsumen berbeda-beda sesuai SK dan kontrak, ada formula hitungan tersendiri di masing-masing konsumennya," kata Ahad Rehadi kepada Kompas.com.

Artinya, apabila oknum perusahaan membeli solar subsidi dengan harga Rp 9.000 per liter, maka perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari hasil menghemat biaya pembelian solar sebesar Rp 11.000 per liter.

Dengan asumsi 2.000 liter solar yang dibeli setiap hari seperti yang disampaikan Bupati Indah, maka oknum perusahaan bisa menghemat biaya produksi sampai Rp 22.000.000.

Apabila pembelian dilakukan setahun penuh, setidaknya ada Rp 8 miliar biaya produksi yang dihemat perusahaan.

Kerugian negara

Akibat oknum-oknum nakal ini, negara bisa mengalami kerugian yang besar setiap harinya.

Menurut Ahad Rehadi, harga asli BBM jenis solar adalah Rp 13.500 per liter.

Pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 6.700 per liter, sehingga, harga jual di SPBU hanya Rp 6.800 per liter.

Baca juga: OTT Solar Subsidi, Bupati Lumajang Temukan Lebih dari 10 Barcode Dikuasai Sopir Truk

Artinya, jika 1.000 liter solar subsidi yang dicurangi setiap hari, maka potensi kerugian negara dari subsidi yang tidak tepat sasaran mencapai Rp 6.700.000.

Dalam setahun, setidaknya ada uang negara sebesar Rp 2.445.500.000 yang hilang karena subsidi tidak tepat sasaran.

Kerugian masyarakat

Tidak hanya negara, masyarakat yang seharusnya menjadi penerima manfaat dari solar subsidi juga dirugikan.

Salah satunya, kata Indah, terjadi antrean panjang akibat stok solar subsidi di SPBU mengalami kekosongan.

"Masyarakat juga rugi, seperti beberapa waktu yang lalu terjadi antrean panjang karena solarnya habis," ucap dia. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau