Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flu dan Tipes Jadi Penyakit Rawan saat Musim Hujan

Kompas.com, 14 November 2025, 14:02 WIB
Izzatun Najibah,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan tipes menjadi penyakit yang biasanya paling banyak dialami masyarakat kala musim hujan tiba.

Saat musim hujan, ada beberapa penyakit yang rawan muncul dan perlu diwaspadai masyarakat untuk menjaga kesehatan dan pola hidup.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr Detti Nur Irawan, mengingatkan adanya beberapa penyakit yang rawan muncul saat musim hujan.

Detti mengatakan, penyakit yang kerap muncul menyerang manusia saat musik hujan adalah flu hingga ISPA karena kondisi cuaca tak menentu.

Baca juga: Bakteri Penyebab Tipes Perlihatkan Tanda Makin Kebal Antibiotik

“Waktu musim hujan yang paling jelas adalah flu. Karena cuacanya tak menentu, panas, dingin, dan membuat imun drop sehingga paling gampang menyerang itu saluran pernapasan, ISPA, flu,” kata Ditti, Jumat (14/11/2025).

Kemudian, saat musik hujan suhu tubuh manusia akan fluktuatif, naik dan turun karena cuaca yang berbeda. Dampaknya, penyakit diare akan mudah menyerang.

“Salah satu faktornya sering jajan sembarangan, cuaca hujan nggak bersih atau cuacanya terlalu panas kemudian banyak debu,” imbuhnya.

Penyakit lain yang rawan muncul saat hujan adalah tifus atau tipes atau demam tifoid. Penyakit ini, disebabkan karena adanya bakteri salmonella yang berada di dalam usus halus atau pencernaan manusia dan sulit dihilangkan.

Bakteri tersebut disebabkan makanan yang tidak bersih atau tidak sehat sehingga membuat infeksi pada pencernaan manusia.

“Penularannya bisa melalui higienisasi makanan yang gak bersih. Sering jajan, atau tempat jajannya tidak bersih akhirnya kumannya hidup dan terjadi banyak tipes,” terangnya.

Baca juga: Mengapa Pasien Tipes Direkomendasikan Makan Bubur? Ini Alasannya

Tak cukup sampai di situ. Sakit tenggorokan juga kerap menyerang tubuh manusia saat musim hujan. Sakit ini juga bisa mengarah pada ISPA.

“Panas, gerah bisa masuk ke virus infeksi. Larinya bisa flu, ISPA, radang tenggorokan tapi tergantung imun masing-masing,” jelasnya.

Penyakit terakhir yang rawan muncul saat musim hujan adalah demam berdarah atau DBD. Tetapi, juga kerap muncul saat pancaroba atau pergantian musim.

“Sekarang DBD sulit dideteksi kapan munculnya karena setiap saat ada DBD. Penyebabnya nyamuk, tempat tinggal kurang bersih, ada jentik-jentik yang jadi sarang,” pungkasnya.

Ditti mengimbau masyarakat menjaga pola hidup dengan istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan yang bersih serta teratur agar imun tetap kuat di musim hujan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau