Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Ingin Bahagiakan Orangtua, Buat Rumah Ber-AC Seperti di Sekolah Rakyat"

Kompas.com, 17 Oktober 2025, 16:34 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Kehidupan kakak beradik Fitri Urbasari (13) dan Muhammad Zainullah (10) asal Bangkalan, Jawa Timur berubah sejak dua minggu yang lalu.

Keduanya dituntut hidup mandiri setelah tinggal menetap di asrama Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 51 Bangkalan.

Di balik gedung dua lantai itu, keduanya tinggal terpisah di asrama putri dan putra. Satu kamar asrama, masing-masing diisi empat siswa dengan dua ranjang susun.

Di ruang kamar ber-AC itu, para siswa menahan rindu berpisah dengan orangtuanya. Banyak mimpi yang harus mereka perjuangkan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.

"Kadang kalau ada teman di kamar menangis, saya juga menangis karena kangen orangtua," ucap Muhammad Zainullah, Jumat (17/10/2025).

Baca juga: Sekolah Rakyat, Harapan Baru Anak-anak dari Keluarga Tak Mampu

Zainullah dan kakaknya, Fitri harus berjuang meraih cita-citanya di SRT.

Keluarganya merupakan penerima bantuan sosial pemerintah dan terverifikasi untuk menerima program pendidikan di SRT.

"Ibu kami sekarang kerja di dapur Makan Bergizi Gratis (MBG), lalu ayah kami kerja di toko ikut orang," katanya. 

Meski rasa rindu pada ibunya terus muncul, ia bersyukur perlahan betah tinggal di asrama.

"Di sini enak, ruang kelasnya dingin, kamarnya dingin beda dengan di rumah. Di sini juga dapat makan gratis, jajan dan teman-temannya banyak," ucapnya.

Muhammad Zainullah (10) adik dari Fitri Urbasari KOMPAS.com / Yulian Isna Sri Astuti Muhammad Zainullah (10) adik dari Fitri Urbasari

Bahagiakan orangtua 

Zainullah mengaku ingin segera tumbuh besar dan meraih cita-citanya sebagai pelayar kapal pesiar di luar negeri.

"Saya ingin kerja di pelayaran. Ingin membahagiakan orangtua, saya juga ingin membuatkan orangtua rumah yang ada AC-nya seperti di sini," ujar dia. 

Hal serupa juga diungkapkan oleh Fitri, kakak Zainullah. Remaja putri yang gemar bermain sepak bola itu bercita-cita ingin menjadi polisi wanita atau polwan. 

"Saya ingin nanti menjadi polwan," katanya. 

Fitri mengaku bersyukur, masa remajanya bisa dihabiskan di SRT dan bertemu banyak teman serta saling berbagi pengalaman dan tidak lagi terpaku bermain ponsel.

"Dulu saya tiap dirumah selalu main ponsel. Tapi di sini lebih enak, tidak ada yang bawa ponsel, kita bisa berinteraksi sama teman dan tidak terganggu dengan main ponsel," kata Fitri.

Baca juga: Dari Lembah Sunyi Menuju Cahaya: Kisah 3 Siswa Sekolah Rakyat Bandung Menenun Mimpi

Ia juga mengaku senang bisa masuk ke SRT bersama dengan adiknya dan bisa saling menguatkan satu sama lain.

"Di sini enak kami benar-benar dilindungi dan diperhatikan. Saya dan adik saya betah di sini," kata Fitri.

Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling (BK) SRT, Prista Azizah Rahmi mengaku saat ini terdapat 67 siswa di SRT yang terbagi untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Usia para siswa juga beragam, mulai dari usia 7 tahun hingga belasan tahun. Tak hanya itu, sikap dan perlakuan siswa juga tak sama antar satu dan lainnya.

"Tentu perlu melakukan sejumlah penyesuaian. Apalagi siswa di sini beragam mulai dari SD dan SMP. Dengan sistem boarding school yang diterapkan tentunya respons setiap siswa itu tidak sama," kata dia. 


Prista menilai, perlu adanya perhatian ekstra untuk membuat siswa terbiasa dengan banyaknya kegiatan di SRT. Apalagi, seluruh kegiatan itu dimulai sejak pukul 04.00 hingga pukul 21.00.

"Jadi anak-anak itu bangun jam 04.00 untuk shalat berjamaah dan dari situ sudah mulai aktivitas pagi, mulai merapikan kasur, menyiapkan perlengkapan sekolah dan lainnya," katanya. 

Proses adaptasi tak hanya dirasakan oleh siswa tetapi juga para guru yang harus meluangkan waktu lebih banyak dan lebih sabar menghadapi siswa dengan berbagai latar belakang keluarga tersebut.

"Biasanya kalau di sekolah reguler itu siang sudah selesai, kalau kami sampai sore. Nanti malamnya dilanjutkan oleh wali asuh untuk mengaji dan lainnya," ujar dia. 

Meski harus menghabiskan banyak waktu, Prista mengaku senang bisa mengajar para siswa di SRT.

"Kami di sini seperti keluarga, kami juga sebagai orangtua untuk anak-anak di sini. Saking eratnya kontak dengan anak-anak, kami menyayangi mereka juga seperti anak sendiri," ucap dia.

Baca juga: Mengintip Kegiatan Siswa di Asrama Sekolah Rakyat 21 Surabaya

Di lokasi yang sama, Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Suci Fariandani mengaku butuh ketelatenan yang ekstra untuk mendisik para siswa. Apalagi, terdapat sejumlah siswa yang hingga kini belum bisa baca tulis.

"Ada juga siswa kelas SMP yang belum bisa membaca, sekitar 5 siswa. Jadi setiap hari, 5 siswa itu kami berikan pendamping khusus untuk bisa belajar membaca," kata dia. 

Saat ini, SRT 51 Bangkalan masih melaksanakan proses matrikulasi untuk menyeleksi kemampuan masing-masing anak. Matrikulasi ini dilakukan selama dua bulan.

"Memang harus lebih telaten. Namun perlahan anak-anak juga lebih mudah diarahkan karena memang di sini bisa fokus untuk belajar. Setiap kelas juga hanya berisi 16 sampai 17 siswa saja," ujarnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau