Salin Artikel

"Saya Ingin Bahagiakan Orangtua, Buat Rumah Ber-AC Seperti di Sekolah Rakyat"

Keduanya dituntut hidup mandiri setelah tinggal menetap di asrama Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 51 Bangkalan.

Di balik gedung dua lantai itu, keduanya tinggal terpisah di asrama putri dan putra. Satu kamar asrama, masing-masing diisi empat siswa dengan dua ranjang susun.

Di ruang kamar ber-AC itu, para siswa menahan rindu berpisah dengan orangtuanya. Banyak mimpi yang harus mereka perjuangkan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.

"Kadang kalau ada teman di kamar menangis, saya juga menangis karena kangen orangtua," ucap Muhammad Zainullah, Jumat (17/10/2025).

Zainullah dan kakaknya, Fitri harus berjuang meraih cita-citanya di SRT.

Keluarganya merupakan penerima bantuan sosial pemerintah dan terverifikasi untuk menerima program pendidikan di SRT.

"Ibu kami sekarang kerja di dapur Makan Bergizi Gratis (MBG), lalu ayah kami kerja di toko ikut orang," katanya. 

Meski rasa rindu pada ibunya terus muncul, ia bersyukur perlahan betah tinggal di asrama.

"Di sini enak, ruang kelasnya dingin, kamarnya dingin beda dengan di rumah. Di sini juga dapat makan gratis, jajan dan teman-temannya banyak," ucapnya.

Bahagiakan orangtua 

Zainullah mengaku ingin segera tumbuh besar dan meraih cita-citanya sebagai pelayar kapal pesiar di luar negeri.

"Saya ingin kerja di pelayaran. Ingin membahagiakan orangtua, saya juga ingin membuatkan orangtua rumah yang ada AC-nya seperti di sini," ujar dia. 

Hal serupa juga diungkapkan oleh Fitri, kakak Zainullah. Remaja putri yang gemar bermain sepak bola itu bercita-cita ingin menjadi polisi wanita atau polwan. 

"Saya ingin nanti menjadi polwan," katanya. 

Fitri mengaku bersyukur, masa remajanya bisa dihabiskan di SRT dan bertemu banyak teman serta saling berbagi pengalaman dan tidak lagi terpaku bermain ponsel.

"Dulu saya tiap dirumah selalu main ponsel. Tapi di sini lebih enak, tidak ada yang bawa ponsel, kita bisa berinteraksi sama teman dan tidak terganggu dengan main ponsel," kata Fitri.

Ia juga mengaku senang bisa masuk ke SRT bersama dengan adiknya dan bisa saling menguatkan satu sama lain.

"Di sini enak kami benar-benar dilindungi dan diperhatikan. Saya dan adik saya betah di sini," kata Fitri.

Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling (BK) SRT, Prista Azizah Rahmi mengaku saat ini terdapat 67 siswa di SRT yang terbagi untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Usia para siswa juga beragam, mulai dari usia 7 tahun hingga belasan tahun. Tak hanya itu, sikap dan perlakuan siswa juga tak sama antar satu dan lainnya.

"Tentu perlu melakukan sejumlah penyesuaian. Apalagi siswa di sini beragam mulai dari SD dan SMP. Dengan sistem boarding school yang diterapkan tentunya respons setiap siswa itu tidak sama," kata dia. 

"Jadi anak-anak itu bangun jam 04.00 untuk shalat berjamaah dan dari situ sudah mulai aktivitas pagi, mulai merapikan kasur, menyiapkan perlengkapan sekolah dan lainnya," katanya. 

Proses adaptasi tak hanya dirasakan oleh siswa tetapi juga para guru yang harus meluangkan waktu lebih banyak dan lebih sabar menghadapi siswa dengan berbagai latar belakang keluarga tersebut.

"Biasanya kalau di sekolah reguler itu siang sudah selesai, kalau kami sampai sore. Nanti malamnya dilanjutkan oleh wali asuh untuk mengaji dan lainnya," ujar dia. 

Meski harus menghabiskan banyak waktu, Prista mengaku senang bisa mengajar para siswa di SRT.

"Kami di sini seperti keluarga, kami juga sebagai orangtua untuk anak-anak di sini. Saking eratnya kontak dengan anak-anak, kami menyayangi mereka juga seperti anak sendiri," ucap dia.

Di lokasi yang sama, Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Suci Fariandani mengaku butuh ketelatenan yang ekstra untuk mendisik para siswa. Apalagi, terdapat sejumlah siswa yang hingga kini belum bisa baca tulis.

"Ada juga siswa kelas SMP yang belum bisa membaca, sekitar 5 siswa. Jadi setiap hari, 5 siswa itu kami berikan pendamping khusus untuk bisa belajar membaca," kata dia. 

Saat ini, SRT 51 Bangkalan masih melaksanakan proses matrikulasi untuk menyeleksi kemampuan masing-masing anak. Matrikulasi ini dilakukan selama dua bulan.

"Memang harus lebih telaten. Namun perlahan anak-anak juga lebih mudah diarahkan karena memang di sini bisa fokus untuk belajar. Setiap kelas juga hanya berisi 16 sampai 17 siswa saja," ujarnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/17/163407978/saya-ingin-bahagiakan-orangtua-buat-rumah-ber-ac-seperti-di-sekolah-rakyat

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com