JOMBANG, KOMPAS.com - Kondisi memprihatinkan dialami Yuliana Emawati (43), warga Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Sebagai guru untuk anak-anak TK dan playgroup, ia tidak menikmati fasilitas tempat tinggal yang layak.
Sejak 9 tahun lalu, Yuliana tinggal di rumah sederhana bersama satu anaknya yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Pantauan Kompas.com, rumah yang menjadi tempat tinggal Yuliana dan anaknya, memang tampak sangat sederhana.
Baca juga: Kisah Na’ilaa, Lulus dari UB di Usia 19 Tahun IPK 3,90 dan Sudah Bekerja
Bangunan rumahnya hanya pada bagian depan yang merupakan dinding berbahan bata dan semen. Bagian tengah hingga belakang terbuat dari triplek dan anyaman bambu.
Lantai rumahnya masih berupa tanah yang ditutup dengan terpal. Hanya bagian teras rumah dan ruang tamu yang berlantai semen.
“Rusaknya sudah jalan 2 tahun ini. Tidak bisa memperbaiki, karena tidak punya uang,” kata Yulian saat ditemui di rumahnya, Senin (13/10/2025).
Ia menuturkan, kondisi rumahnya diperparah atap bocor, dinding dari bambu miring, serta rusak dan berlubang.
Dijelaskan Yuliana, sebagai langkah penanganan darurat, dinding atau bagian rumah yang rusak, terpaksa ditutup dengan banner bekas.
Saat turun hujan, ungkapnya, hampir semua bagian rumahnya mengalami kebocoran. Hanya tersisa satu ruangan yang aman dari kebocoran, yakni kamar tidur.
Baca juga: Kisah Henry Manampiring Bangkit dari Depresi Lewat Filosofi Stoisisme
“Kalau hujan ya di sini bocor, sana bocor, itu juga bocor. Untungnya di kamar tidak bocor,” ungkap Yuliana, sambil menunjuk bagian rumahnya yang bocor saat turun hujan.
Dalam kesehariannya, Yuliana tinggal bersama anaknya yang kini duduk di bangku SMP. Selain mengajar, ia juga membuka toko kecil berjualan makanan ringan dan bahan dapur.
Untuk ke sekolah, Yuliana setiap hari menggunakan sepeda pancal dari rumah dengan waktu tempuh rata-rata 20 hingga 25 menit.
Sebagai guru TK dan playgroup di Kecamatan Sumobito, ia memperoleh penghasilan kurang dari Rp 400.000 per bulan.
Sebagai penopang kehidupan sehari-hari, Yuliana membuka toko yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga.
Baca juga: Kisah Wanita yang Tak Diakui Indonesia dan Malaysia, Kini Tak Punya Kewarganegaraan