Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Santri di Lumajang Diduga Sengaja Diberi Minum Larutan HCL oleh Temannya

Kompas.com, 29 September 2025, 18:50 WIB
Miftahul Huda,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Dewangga Eza Naufal Al Yusan (13), seorang santri Pondok Pesantren Asy-Syarify 01 di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini terbaring lemah. Ia mengalami masalah saluran pencernaan sejak tiga bulan lalu.

Ia diduga dipaksa oleh teman pondoknya untuk menenggak larutan Hydrochloric Acid (HCL) atau asam klorida yang ditempatkan dalam botol minuman kemasan.

Informasi mengenai kejadian ini pertama kali terungkap melalui penggalangan dana yang dilakukan pondok pesantren untuk biaya pengobatan Dewangga, yang dipublikasikan di kitabisa.com.

Baca juga: Ponpes di Sidoarjo Roboh Saat Shalat Ashar, Para Santri Berlari Menyelamatkan Diri

Tim Kompas.com kemudian berhasil menemukan tempat tinggal korban dan menyaksikan langsung kondisinya yang sangat memprihatinkan.

Ratna Purwati, ibu korban, menjelaskan bahwa peristiwa tragis ini terjadi pada 10 Juli 2025.

Menurutnya, putra sulungnya itu secara sengaja diberikan larutan HCL oleh teman sekamarnya.

"Pelaku mendapat cairan HCL yang biasanya dipakai untuk pembersih lantai dari sebuah gudang di kawasan ponpes," ujar Ratna.

Ratna melanjutkan, sebelum insiden tersebut, Dewangga baru saja menyelesaikan tugas piket dan merasa sangat haus.

Ia kemudian bertemu dengan pelaku yang membawa larutan HCL dalam kemasan botol minuman bersoda.

"Anak saya ini di pondok, ada kegiatan ngaji pagi dan lanjut piket. Nah, posisi habis piket ini haus, terus tanya soal minuman yang dibawa pelaku."

Baca juga: Santri Bercanda Pakai Borgol, Akhirnya Terjerat, Damkar Jombang Turun Tangan

"Dijawab sama si pelaku kalau itu minuman yang dikasih ibuk-ibuk, terus ya diminum sama anak saya," ungkap Ratna di rumahnya, Senin (29/9/2025).

Setelah meminum larutan HCL, Dewangga langsung mengalami gejala panas dan memuntahkan cairan berwarna hitam.

Ratna menambahkan, pelaku justru terlihat tertawa saat melihat anaknya muntah-muntah.

"Anak saya langsung panas, muntah keluar cairan hitam dan anak yang memberi minuman itu tertawa-tawa," ucap Ratna.

Dewan Pengasuh Ponpes Asy-Syarifiy 01, Ahmad Syaifuddin Amin, membenarkan peristiwa yang menimpa salah satu santrinya.

Ia menjelaskan bahwa tindakan pelaku awalnya merupakan keisengan dengan memindah cairan HCL ke dalam botol minuman bersoda.

Baca juga: Santri Didorong Mandiri Lewat Gernas Ayo Mondok, Pesantren Jadi Pusat Ekonomi Umat

"Cairan ini dipastikan telah tersimpan rapi di sebuah gudang dan jauh dari jangkauan para santri," kata Syaifuddin saat ditemui di area ponpes.

Hingga saat ini, Dewangga masih menjalani perawatan intensif di rumahnya.

Ia belum bisa makan kecuali disuplai susu dan obat khusus dari rumah sakit.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau