Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Tercemar Limbah, Air Bengawan Solo di Bojonegoro Berubah Warna Coklat Kehitaman

Kompas.com, 24 September 2025, 15:42 WIB
Hamim,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

BOJONEGORO, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, air Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro, Jawa Timur, diduga tercemar limbah hingga berubah warna menjadi coklat kehitaman.

Kondisi air tersebut membuat warga yang tinggal di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo merasa khawatir dan resah.

Pasalnya, air Sungai Bengawan Solo banyak dimanfaatkan warga sekitarnya untuk keperluan rumah tangga maupun irigasi pertanian.

Baca juga: Hilang Usai Terseret Arus Sungai Bengawan Solo, Penghuni Panti Sosial Ditemukan Meninggal

Suyanto, warga Desa Mori, Kecamatan Trucuk mengatakan, perubahan air Sungai Bengawan Solo menjadi cokelat kehitaman tersebut terjadi sejak beberapa hari lalu.

Setiap harinya dirinya bisa mengais rejeki dengan mencari ikan di Sungai Bengawan Solo untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Namun, kondisi air yang berubah warna coklat kehitaman sejak beberapa hari lalu, tangkapan ikan tidak lagi sebanyak sebelumnya.

"Biasanya di sekitar bendungan gerak sini banyak warga mencari ikan, tapi saat ini gak ada, mereka merasa khawatir melihat airnya tercemar," kata Suyanto, kepada Kompas.com, Rabu (24/9/2025).

Baca juga: Penghuni Panti Sosial di Wonogiri Hilang Hanyut di Sungai Bengawan Solo, Pencarian Masih Dilakukan

Ramelan, warga asal Desa Mori menyampaikan, perubahan air Sungai Bengawan Solo yang berwarna coklat kehitaman tersebut membuatnya khawatir dengan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan.

Sebab, air Sungai Bengawan Solo bagi warga sekitarnya juga dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti mandi hingga mencuci.

Selain itu, irigasi lahan pertanian milik para petani juga mengambil air pompanisasi dari Sungai Bengawan Solo.

"Kalau airnya tercemar gini, khawatirnya berdampak pada tumbuh kembang tanaman," ujar Ramelan.

Baca juga: Sungai Bengawan Solo di Ngawi Tercemar, Warna Air Berubah Pekat, Bau Menyengat dan Banyak Ikan Mati

Sementara, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro, Beny Subiakto, pihaknya sudah mengambil langkah awal terkait kondisi air Sungai Bengawan Solo yang berubah warna tersebut.

Pihaknya, telah menerjunkan tim ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan awal dan mengambil sampel air untuk diuji di Laboratorium.

"Sampel air sudah diambil, untuk diuji ke Laboratoriuam di Surabaya," kata Beny.

Hingga saat ini, penyebab air Sungai Bengawan Solo berubah warna menjadi coklat kehitaman tersebut masih belum diketahui.

Pihak Dinas Lingkungan Hidup juga belum menjelaskan hasil pemerikaaan awal atau uji laboratoriaum air Sungai Bengawan Solo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau