PAMEKASAN, KOMPAS.com - Salah satu lembaga Kelompok Bermain (KB) Raudhatul Athfal (RA) dan madrasah di Kelurahan Juncangcang, Pamekasan, Jatim memilih program makan di sekolah sendiri daripada tawaran makan bergizi gratis (MBG), Selasa (23/9/2025).
Lembaga KB-RA Insan Cendikia dan MI Alquran Internasional (MIQI) Darussalam sudah melaksanakan program makan di sekolah sejak tiga tahun lalu.
Pantauan Kompas.com, puluhan siswa di lembaga ini pada pukul 09.00 sudah terbiasa makan bersama setiap hari.
Pada hari selasa (23/9/2025) siswa mendapatkan menu nasi putih, ayam suwir dan sayur kelor, dan buah jeruk.
Siswa berkumpul dan makan bersama. Menu disajikan menggunakan piring yang sudah disediakan.
Baca juga: Klarifikasi Penyedia MBG di Sumbawa Soal Temuan Ulat: Hanya Ada di 1 Ompreng Saja
Kepala KB-RA Insan Cendikia dan MIQI Darussalam, Suherman menolak menu MBG bukan karena tidak setuju dengan program pemerintah.
Namun karena sudah lama program tersebut dilaksanakan di sekolah secara mandiri.
"Sejak 3 tahun lalu kami sudah melaksanakan program makan bersama setiap pagi," kata Suherman.
Baca juga: Menu MBG di Bangkalan Berisi Ulat dan Belatung, Wabup: Kami Laporkan ke BGN
Menurutnya, penolakan terhadap SPPG bukan karena tidak ingin menerima MBG.
Tapi karena wali murid sudah meminta pihak lembaga melanjutkan program sekolah yang sudah berjalan lama.
"Pada awal MBG ada, kami kumpulkan wali murid dan tawari. Apakah kita menerima MBG atau tetap melanjutkan program sekolah. Ternyata mereka lebih memilih program kami dilanjut," katanya.
Dikatakan, setiap pukul 09.00 siswa sudah berkumpul untuk makan bersama.
Menu yang disediakan setiap hari berbeda-beda dan sudah terjadwal dalam sebulan.
"Kadang ada siswa alergi pada lauk atau masakan tertentu. Sehingga kiita sesuaikan dengan apa yang diinginkan siswa," katanya.
Baca juga: Dapur MBG Polres Semarang Manfaatkan Embung Desa, Kapolri Tekankan Quality Control
Suherman menyampaikan, bahan pokok untuk makan siswa dipastikan bagus. Sebab dimasak sejak pagi.
Sehingga pukul 09.00, siswa bisa menikmati makanan dalam kondisi masih hangat.
"Mungkin ini salah satunya kenapa wali murid tetap meminta program di sekolah dilanjutkan," ucapnya.
Ditanya soal anggaran untuk makan bersama siswa, Suherman menyampaikan, memang ada iuran Rp 5.000 setiap hari untuk makan siswa.
Namun hal itu sudah disetujui oleh semua wali murid dan tidak ada keluhan.
Baca juga: Buntut Ratusan Siswa Keracunan, Dedi Mulyadi Akan Evaluasi Program MBG
Dia menjelaskan, iuran Rp 5.000 per hari untuk mengganti uang saku atau uang jajan siswa.
Siswa sudah diminta tidak membeli jajan selama di lingkungan sekolah.
"Sejak sekolah ini beroperasi, kami memang tidak berlakukan kantin atau berjualan jajan di sekolah," ucapnya.
Dikatakan, selama 3 tahun tidak pernah ada keluhan dari wali murid.
Sebab uang saku siswa dinilai lebih irit dari uang jajan.
"Iuran bisa dibayar setiap hari atau setiap bulan. Bahkan jika ada walimurid yang kesulitan bayar akan mendapatkan subsidi dari sekolah," ucapnya
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang