Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkot Surabaya Sekolahkan 3 Anak Korban KDRT dan Eksploitasi oleh Ayah

Kompas.com, 15 September 2025, 19:33 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bakal menyekolahkan ketiga anak yang menjadi korban kekerasan dan eksploitasi dari ayahnya.

Korban, BE (16), warga Kecamatan Tenggilis, melarikan diri setelah mengalami kekerasan dari ayahnya, BS.

Dia memutuskan tinggal di gereja yang kerap memberikan bantuan kepada mereka.

Baca juga: 2 Anak Dieksploitasi Ayahnya, Pemkot Surabaya Dampingi Psikologis Mereka

Sementara itu, kedua adiknya, B (7) dan A (4), terpaksa merawat ayahnya yang lumpuh akibat terjatuh dari kamar mandi.

Selain itu, mereka diduga mengalami kekerasan dari pelaku.

"(Bantuan untuk korban) sekolah pasti nomor satu, sekolah berserta kelengkapannya ya," kata Kepala DP3APPKB Surabaya, Ida Widayati, ketika dikonfirmasi, Senin (15/9/2025).

Ida mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya untuk melakukan pengurusan sekolah para korban yang sudah terhenti.

"Pak Yusuf (Kepala Dispendik) sudah langsung intervensi untuk yang anak pertama (BE) itu dikejar paket C setara SMA, karena dia sudah lulus SMP dan tidak melanjutkan lagi," katanya.

"Terus anak yang kedua ini (B) harus masuk SD, kemudian yang paling kecil (A) itu nanti dimasukkan ke PAUD," ujarnya.

Baca juga: 2 Anak di Bawah Umur di Surabaya Dieksploitasi Ayahnya untuk Dapat Bantuan

Kini, anak-anak tersebut berkumpul dan tinggal di gereja yang kerap memberikan bantuan.

Adapun ayahnya menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur.

"Selama itu ya mereka (korban) mendapatkan pengasuhan yang tidak benar (dari ayahnya). Kemudian tidak berinteraksi dengan pihak luar, dengan lingkungan sekitar, dan sekolah," ujarnya.

"Anak-anak ini memang terkena psikologis, kita mendampingi meskipun sudah dibantu (gereja), kita tetap mendampingi untuk memulihkan kembali psikologisnya begitu," katanya.

Pemkot Surabaya mengevakuasi para anak yang diduga telah mengalami kekerasan dan dimanfaatkan oleh ayahnya untuk mendapatkan bantuan dari sejumlah pihak.

Kepala DP3APPKB Surabaya, Ida Widayati, awalnya mendapat laporan mengenai seorang pria dengan dua anak, BS, warga Kecamatan Tenggilis, yang hidup dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan.

"Istrinya (BS) sudah lama (perginya), tahunan, 3 sampai 4 tahun lalu. Termasuk anaknya yang pertama itu juga mengalami KDRT," kata Ida ketika dikonfirmasi, Jumat (12/9/2025).

Kemudian, kata Ida, BS mengaku tidak bisa berjalan dan bekerja setelah jatuh dari kamar mandi sekitar setahun yang lalu.

Baca juga: Kejari Jakbar Tunggu 14 Hari Sebelum Pulangkan Korban KDRT Pria Arab Saudi

Padahal, menurutnya, pria itu masih memungkinkan untuk sembuh.

"Bapaknya ini kondisinya sakit, bukan lumpuh, cuma memang kesulitan jalan. Sebetulnya kalau bisa berusaha, tapi ini enggak, anak-anaknya malah dieksploitasi untuk bisa dapat bantuan," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau