"Dari (uang) saya pribadi, lalu setelah berjalan kemudian alhamdulillah ada dari iuran relawan juga. Kita cuma mengandalkan saya yang punya atau relawan," tuturnya.
Baca juga: Perjuangan Pustakawan, Rela Jauh dari Keluarga Demi Tingkatkan Literasi Anak di Bangkalan
Misalnya untuk mainan, Siska merogoh koceknya sendiri untuk membeli mainan untuk anaknya yang saat ini duduk di kelas TK B, yang kemudian ia ikhlaskan juga sebagai mainan di rumah baca yang digunakan untuk anak-anak lain bermain.
Namun demikian, ia tak ingin menjadikan itu sebagai penghambat, sebab motivasi utamanya adalah yang terpenting bisa bermanfaat untuk lingkungan.
"Motivasi saya adalah kepercayaan orang-orang yang diberikan kepada saya meskipun kalau di desa juga banyak yang tidak paham saya sebagai penggerak," ujarnya.
Baca juga: Pustakawan Perpusda Sidoarjo Dorong Pengelolaan Perpustakaan di Sekolah dan Desa
Masyarakat desa di sekitar lingkungannya belum memahami meski ia telah melakukan banyak hal, tak jarang hembusan negatif pun dialamatkan kepadanya.
Anggapan sok pintar atas gerakan yang dilakukannya seperti menjadi kerikil pada langkah kaki yang sedang ia jalankan. Tapi Siska kini memilih enggan ambil pusing.
Ia teguh akan fokus untuk berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain terutama masyarakat desa di mana dia tinggal.
"Dalam 24 jam saya, setidaknya saya bermanfaat untuk orang lain," ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang