Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Ladang Ganja di Blitar Juga Jual Tanaman Ganja Hidup di Polybag Rp 300.000 per Batang

Kompas.com, 10 September 2025, 21:57 WIB
Asip Agus Hasani,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Pria bernama inisial SA (38 tahun), warga Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, membudidayakan tanaman ganja di pekarangan rumahnya selama 2 tahun sebelum ditangkap polisi.

Berawal dari pembenihan bibit ganja dalam jumlah terbatas dua tahun lalu, tanaman ganja SA telah berkembang menjadi 820 batang pada saat polisi mendatangi ladang ganja miliknya pekan lalu.

SA pun telah mulai menjual ganja dari ladangnya, tidak hanya dalam bentuk kering tapi juga dalam bentuk tanaman hidup dalam polybag.

Baca juga: Penampakan Lokasi Bekas Ladang Ganja di Desa Krisik Blitar, Mengaku ke Istri Tanam Tumbuhan Jamu

Kapolres Blitar Kota, AKBP Titus Yudho Uly, mengatakan bahwa SA juga menjual tanaman ganja hidup yang ditanam di media polybag.

“Tersangka juga menjual tanaman ganja hidup selain ganja kering,” ujar Yudho dalam jumpa pers, Rabu (10/9/2025).

“Seperti yang di polybag ini dijual dengan harga Rp 300.000 per batang,” tambah Yudho menunjuk pada barang bukti tanaman ganja berukuran tinggi sekitar 50 sentimeter.

Baca juga: Polda Jatim Kirim Tim Khusus Selidiki Temuan Ladang Ganja di Blitar

Untuk ganja kering, kata Yudho, SA menjual dengan harga sekitar Rp 1 juta per kilogram dengan cara penjualan melalui media sosial.

Meskipun, selama ini SA menjual dalam kemasan kecil.

Menurut Yudho, SA mulai berbudi daya tanaman ganja sejak sekitar 2 tahun lalu dimulai dengan membeli biji ganja untuk disemai.

Setelah biji berkecambah dan tumbuh menjadi bibit, tanaman dipindahkan ke tanah pekarangan belakang rumahnya.

Baca juga: 1 dari 5 Terpidana Kasus Ladang Ganja Gunung Semeru Dipindah ke Lapas Surabaya, Kenapa?

Di pekarangan belakang rumah SA, polisi menemukan 820 tanaman ganja dalam berbagai ukuran tinggi, paling tinggi sekitar 90 sentimeter.

Yudho menggambarkan tempat tinggal SA berada di area dataran tinggi di lereng gunung dengan tanah yang subur sehingga tanaman ganja dapat dibudidayakan dengan baik.

Terungkapnya ladang ganja milik SA berawal dari interogasi terhadap AAP (28), salah satu tersangka pelaku penyerangan Mapolres Blitar Kota yang hasil tes urinnya menunjukkan positif mengonsumsi ganja. Kepada polisi, AAP yang merupakan warga Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar itu mengaku membeli ganja dari SA.

Baca juga: Akibat Pelaku Penyerangan, Ladang Ganja di Blitar Terungkap, Tanam 820 Batang di Pekarangan Rumah

Kasat Resnarkoba Polres Blitar Kota, AKP Rokhani, menambahkan bahwa AAP merupakan salah satu konsumen tanaman ganja milik SA yang membeli tanaman ganja hidup dalam polybag.

“Yang membeli ganja hidup itu AAP yang ikut kerusuhan di utara Mapolres itu,” ujarnya.

Menurut Rokhani, letak rumah SA berada di ujung sebuah jalan buntu di desanya, meskipun berdekatan dengan sejumlah rumah tetangga, membuat keberadaan ladang ganja itu tidak mudah diketahui masyarakat.

Selain itu, kata dia, kepada tetangganya, SA menyebut tanaman ganja yang ia budi dayakan sebagai tanaman cabe jenis baru.

“Ke tetangga dia bilangnya tanaman pedesan (cabe),” tuturnya. *

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau