Salin Artikel

Pemilik Ladang Ganja di Blitar Juga Jual Tanaman Ganja Hidup di Polybag Rp 300.000 per Batang

Berawal dari pembenihan bibit ganja dalam jumlah terbatas dua tahun lalu, tanaman ganja SA telah berkembang menjadi 820 batang pada saat polisi mendatangi ladang ganja miliknya pekan lalu.

SA pun telah mulai menjual ganja dari ladangnya, tidak hanya dalam bentuk kering tapi juga dalam bentuk tanaman hidup dalam polybag.

Kapolres Blitar Kota, AKBP Titus Yudho Uly, mengatakan bahwa SA juga menjual tanaman ganja hidup yang ditanam di media polybag.

“Tersangka juga menjual tanaman ganja hidup selain ganja kering,” ujar Yudho dalam jumpa pers, Rabu (10/9/2025).

“Seperti yang di polybag ini dijual dengan harga Rp 300.000 per batang,” tambah Yudho menunjuk pada barang bukti tanaman ganja berukuran tinggi sekitar 50 sentimeter.

Untuk ganja kering, kata Yudho, SA menjual dengan harga sekitar Rp 1 juta per kilogram dengan cara penjualan melalui media sosial.

Meskipun, selama ini SA menjual dalam kemasan kecil.

Menurut Yudho, SA mulai berbudi daya tanaman ganja sejak sekitar 2 tahun lalu dimulai dengan membeli biji ganja untuk disemai.

Setelah biji berkecambah dan tumbuh menjadi bibit, tanaman dipindahkan ke tanah pekarangan belakang rumahnya.

Di pekarangan belakang rumah SA, polisi menemukan 820 tanaman ganja dalam berbagai ukuran tinggi, paling tinggi sekitar 90 sentimeter.

Yudho menggambarkan tempat tinggal SA berada di area dataran tinggi di lereng gunung dengan tanah yang subur sehingga tanaman ganja dapat dibudidayakan dengan baik.

Terungkapnya ladang ganja milik SA berawal dari interogasi terhadap AAP (28), salah satu tersangka pelaku penyerangan Mapolres Blitar Kota yang hasil tes urinnya menunjukkan positif mengonsumsi ganja. Kepada polisi, AAP yang merupakan warga Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar itu mengaku membeli ganja dari SA.

Kasat Resnarkoba Polres Blitar Kota, AKP Rokhani, menambahkan bahwa AAP merupakan salah satu konsumen tanaman ganja milik SA yang membeli tanaman ganja hidup dalam polybag.

“Yang membeli ganja hidup itu AAP yang ikut kerusuhan di utara Mapolres itu,” ujarnya.

Menurut Rokhani, letak rumah SA berada di ujung sebuah jalan buntu di desanya, meskipun berdekatan dengan sejumlah rumah tetangga, membuat keberadaan ladang ganja itu tidak mudah diketahui masyarakat.

Selain itu, kata dia, kepada tetangganya, SA menyebut tanaman ganja yang ia budi dayakan sebagai tanaman cabe jenis baru.

“Ke tetangga dia bilangnya tanaman pedesan (cabe),” tuturnya. *

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/10/215723278/pemilik-ladang-ganja-di-blitar-juga-jual-tanaman-ganja-hidup-di-polybag-rp

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com