Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah Syifa Ungkap Sikap Istri Sebelum Anaknya Ditemukan Tewas di Lemari Kamar Kos

Kompas.com, 8 September 2025, 08:42 WIB
Nur Khalis,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Moh Sirri (28), ayah kandung Syifa (1), bayi perempuan yang ditemukan meninggal di dalam lemari kamar kos di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, angkat bicara.

Ia mengungkapkan bahwa komunikasi dengan istrinya, ST Kholila Oktavia, telah sulit dilakukan sejak dua bulan terakhir.

Sirri menjelaskan, sebelum peristiwa tragis tersebut, komunikasi dengan istrinya berjalan lancar.

Namun, dalam dua bulan terakhir, sikap ST Kholila Oktavia berubah drastis.

"Kalau komunikasi, saya sudah jarang direspon. Jarang diangkat, ya direject," kata Sirri kepada Kompas.com pada Senin (8/9/2025).

Baca juga: Usai Otopsi, Bayi Syifa yang Ditemukan Tewas di Lemari Langsung Dimakamkan

Selama dua bulan terakhir, komunikasi hanya terjadi ketika ST Kholila meminta kebutuhan.

"Cuma dia pesan, kalau minta kiriman, minta susu, itu saja komunikasinya. Kepentingan dia lah. Kalau ada perlu minta kiriman baru dia komunikasi. Kalau hal lain, tak diangkat kalau saya telepon," ujarnya.

Sirri juga mengungkapkan bahwa dia sudah dua bulan tidak dapat melihat anaknya.

Niatnya untuk melakukan video call selalu ditolak istrinya.

"Setelah penemuan jasad Syifa, upaya komunikasi dan pesan yang saya kirim juga tidak pernah lagi mendapat balasan."

"Setelah kejadian sempat kontak, masuk, tapi tidak direspon. Statusnya sempat berdering, lalu memanggil dan nomor sudah tidak terdaftar di WhatsApp," ungkapnya.

Baca juga: Keluarga Tak Jadi Dibebani Biaya Otopsi Syifa, Polres Sumenep yang Akan Tanggung

Sebelum pulang dari Malaysia, Sirri telah menyiapkan oleh-oleh untuk putrinya berupa baju dan anting.

"Menyiapkan baju sama anting. Saya pernah dengar lah dia bahwa antingnya patah dan katanya dijual. Tapi saya tak ada ngomong lah sama dia," tuturnya.

Sirri juga menyampaikan rencananya untuk pulang ke Indonesia dalam waktu dekat setelah menyelesaikan perpanjangan izin kerja di Malaysia.

"Mungkin satu bulan lagi pulang. Permit sambung November, setelah sambung permit baru balik," ungkapnya.

Sirri dan ST Kholila telah menikah selama lima tahun dan sama-sama merantau ke Malaysia.

Anak pertama mereka, Azril (3), lahir di Malaysia.

Sedangkan saat mengandung anak kedua, Syifa, mereka sempat pulang ke kampung halaman.

Saat usia kehamilan memasuki tujuh bulan, Sirri kembali bekerja di Malaysia.

Baca juga: Keluarga Tak Mampu Biayai Ongkos Tim Forensik, Bayi Syifa yang Ditemukan Tewas di Lemari Tak Diotopsi

Ditanya mengenai perasaannya atas kejadian ini, Sirri mengaku tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata.

"Kalau soal perasaan, semua orang tua merasakan. Tidak bisa diungkapkan kata-kata," ucap Sirri dengan suara bergetar.

Sejak Syifa ditemukan meninggal, keberadaan ibunya belum diketahui.

Terdapat kabar yang beredar bahwa ST Kholila sudah tidak berada di Pulau Kangean.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau