NGAWI, KOMPAS.com - Ruas jalan utama, toko, dan sekolah sudah dibuka kembali pada Selasa (2/9/2025) pagi ini setelah kemarin sempat ditutup hingga malam hari akibat unjuk rasa yang digelar di DPRD Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Sejumlah ruas jalan yang ditutup, yakni ruas Jalan Yos Sudarso, Jalan MH Thamrin, Jalan Teuku Umar, dan Jalan Jaksa Agung Suprapto.
Ruas jalan itu menjadi akses utama menuju Kantor Pemkab Ngawi dan DPRD Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Baca juga: Prihatin terhadap Pembakaran dan Penjarahan, Mahasiswa Gelar Aksi Damai di DPRD Ngawi
Kepala Dikbud Ngawi, Sumarsono menyatakan, sekolah yang terdampak unjuk rasa kemarin sudah kembali menggelar kegiatan belajar dan mengajar dengan model tatap muka.
“Ini hari sudah normal kembali,” kata dia.
Kemarin, kata Sumarsono, proses belajar mengajar bagi sekolah yang berada di dekat gedung DPRD dialihkan dengan model daring.
Setidaknya, terdapat empat sekolah yang terdampak dengan model pembelajaran daring.
"Kebijakan ini (sistem daring) khusus untuk sekolah yang dekat dengan Kantor DPRD Ngawi. Sekolah itu di antaranya SMPN 1, SMPN 2, SDN Margomulyo 1, dan SDN Karangtengah 04," kata Sumarsono.
Ia mengatakan, kebijakan itu diambil untuk menghindari gangguan konsentrasi belajar siswa.
Selain itu, untuk mengantisipasi kerumunan orangtua saat menjemput anak di sekitar lokasi aksi.
Baca juga: Pelajar SMK Tangerang Meninggal Usai Ikut Demo di Jakarta, Keluarga Berduka dan Ikhlas
Sementara itu, Gunawan, salah satu pemilik kafe di Jalan Yos Sudarso memilih menutup tokonya kemarin untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat unjuk rasa berlangsung di DPRD Kabupaten Ngawi.
Gunawan bersama warga lain menamakan diri Masyarakat Peduli Ngawi berjaga di sekitar lokasi unjuk rasa.
"Kami ingin Ngawi tetap aman karena Ngawi adalah rumah kita dan tempat kami mencari rezeki. Untuk itu, bila ada pihak luar yang ingin membuat ricuh, maka kami harus menjaganya," kata Gunawan, Senin (1/9/2025).
Ia menyesalkan aksi kericuhan yang hingga berujung pada pembakaran dan penjarahan yang terjadi di sejumlah daerah lain.
Ia menduga kondisi itu dipicu pihak luar yang masuk setelah aksi selesai.
Terlebih, untuk membakar sebuah gedung itu bukan hal yang mudah.
Aksi pembakaran gedung cenderung dilakukan oleh orang terlatih.
"Itu biasanya dilakukan oleh orang yang memang terlatih dan bukan warga biasa. Jadi, kalau ada rusuh, itu saya yakin ulah dari pihak luar,” ujar Gunawan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang