LUMAJANG, KOMPAS.com - Petugas Perhutani menggagalkan aksi pencurian kayu di kawasan hutan milik Perhutani, tepatnya di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (28/8/2025).
Dalam operasi ini, petugas menyita satu unit truk bermuatan kayu sengon dan menangkap seorang terduga pelaku penebangan liar atau ilegal logging untuk diserahkan kepada pihak kepolisian.
Aksi penangkapan ini berawal dari laporan warga yang mencurigai adanya penebangan liar di kawasan Perhutani, khususnya di petak 2, RPH Besuk Sat, BKPH Senduro.
Perhutani mencurigai pelaku pembalakan liar adalah Tarimin, seorang warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.
Baca juga: Pencurian Kayu di Pati dan Jepara, Negara Rugi Rp 1,3 Miliar Setahun
Saat petugas mendatangi rumahnya, mereka menemukan tumpukan kayu yang diduga akan diangkut.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Perhutani Probolinggo, Ahmad Faiz, mengonfirmasi bahwa terduga pelaku penebangan liar telah diamankan dan dibawa ke Mapolres Lumajang.
"Kami mengamankan satu unit truk bermuatan kayu kira-kira 6 kubik ke Polres Lumajang dan satu orang terduga pelaku ilegal logging," kata Faiz di Lumajang, Jumat (29/8/2025).
Dalam proses interogasi, terduga pelaku mengeklaim telah mengantongi izin penebangan dari Perhutani melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
"Ngakunya sudah dapat izin dari LMDH, padahal seharusnya izinnya ke Perhutani, dan kita tidak mengeluarkan izin itu," ujar Faiz.
Baca juga: Hadang Truk, Perhutani Gagalkan Pencurian Kayu Jati
Sementara itu, Ketua LMDH Semeru, Junaidi, menjelaskan bahwa pihaknya memberikan surat izin tebang dan angkut karena menganggap kayu yang ditebang adalah milik terduga pelaku.
Junaidi mengaku tidak mengetahui bahwa ada banyak mekanisme dan prosedur yang harus dilalui untuk melakukan penebangan.
"Dulu saat orang menanam dibiarkan, begitu panen ditangkap. Kan masyarakat menanam berharap bisa memanen. Kita selama ini juga melakukan komunikasi dengan pihak Perhutani. Tapi terkait penebangan ini kita belum berkoordinasi," ujar Junaidi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang