BANGKALAN, KOMPAS.com - Patung tikus berdasi yang dibuat oleh warga Desa Telaga Biru, Kecamatan Tanjung Bumi kini menjadi sorotan usai dilarang tampil di karnaval hari ulang tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) di Tanjung Bumi, Bangkalan, Jawa Timur.
Wakil Bupati Bangkalan, Moch Fauzan Ja'far mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan camat setempat adanya hal tersebut. Ia menyayangkan adanya larangan itu.
"Kami sudah konfirmasi ke camat di sana, menurut penjelasan pak camat, itu merupakan permintaan dari aparat keamanan yang ada di Tanjung Bumi," ujar Fauzan, Rabu (27/8/2025).
Baca juga: Dianggap Provokasi, Patung Tikus Berdasi di Bangkalan Dilarang Ikut Karnaval
Ia mengatakan, menurut penjelasan Camat Tanjung Bumi, larangan itu muncul dari aparat karena dikhawatirkan memicu terjadinya konflik lokal.
Sebab, diduga salah satu wilayah masih terdapat konflik lokal dan dikhawatirkan menjadi pecah jika patung tersebut tampil dalam karnaval.
"Sehingga, untuk mengantisipasi terjadinya konflik horizontal atau konflik lokal itu, aparat menyarankan agar patung tersebut tidak ikut dalam karnaval," jelasnya.
Baca juga: Mahasiswa Demo DPRD Sumut, Protes Tunjangan Selangit DPR RI, Bawa Kardus Berisi Tikus
Ia menilai, perayaan HUT RI memang seharusnya memperkuat persatuan dan kesatuan serta tali persaudaraan di masyarakat, sehingga tidak menyinggung satu kelompok.
"Ini menjadi catatan kita agar kedepan untuk perayaan hari kemerdekaan agar memberikan kebebasan kepada siapapun untuk berkreativitas," ungkapnya.
Pihaknya juga menekankan, tidak ada larangan dari pemerintah untuk patung tersebut tampil.
"Bukan larangan dari kami, namun dari aparat keamanan untuk mencegah dan mengantisipasi adanya konflik di masyarakat," tuturnya.
Baca juga: Usai Lukis Tikus Dalam Garuda yang Viral, Rokhyat Pamerkan “Dalang Tikus” Sindir Kerakusan Kelompok
Sementara itu, Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono mengaku tak ada larangan patung tikus berdasi itu tampil.
"Tidak apa-apa (tampil), apa dasar larangannya. Asal tidak mencantumkan nama perorangan, karena nanti bisa pencemaran nama baik," singkatnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang