Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamen Stella Sebut Partisipasi Swasta untuk Dana Riset Rendah, Upayakan Gandeng Erat Industri

Kompas.com, 18 Agustus 2025, 20:43 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof. Stella Christie menyebut bahwa partisipasi sektor swasta dalam pendanaan riset di Indonesia masih sangat rendah.

"Persenannya agak masih sulit dihitung, tapi terus terang saja kami merasa masih terlalu rendah," kata Prof. Stella usai memberi kuliah umum kepada para mahasiswa baru di Universitas Negeri Malang, Senin (18/8/2025).

Meski begitu, ia mencoba membandingkan kondisi di negara maju seperti Amerika Serikat dan China, yang dikatakannya sektor swasta mampu menyumbang 40 hingga 60 persen dari total dana riset nasional.

Baca juga: Kemendikti Saintek Dapat Tambahan Dana Riset Rp 1,8 Triliun

Untuk mengatasi tantangan ini, pihaknya secara proaktif menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan lainnya, serta mengubah paradigma penyaluran dana riset menjadi lebih strategis dan berbasis kebutuhan industri nasional.

"Jadi kami kerja keras untuk menggalang. Kalau bisa dilihat kami sekarang sangat erat hubungannya dengan para BUMN-BUMN, dan juga dengan para perusahaan-perusahaan baik besar maupun menengah," katanya.

Baca juga: Era Baru Pengelolaan Dana Riset

Meski begitu, Kemendiktisaintek kini telah menambah alokasi dana riset sebesar Rp 1,8 triliun, atau naik 85 persen dalam 10 bulan terakhir, yang disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Prof. Stella mengakui jumlah tersebut belum cukup dan upaya menggaet swasta masuk menjadi prioritas.

“Apakah masih kurang? Kurang, tapi terus kami upayakan. Dana riset penting yang terus kami galang," katanya.

Salah satu strategi yang dilakukan dengan mengubah pendekatan dana riset yang bersumber dari LPDP. Jika sebelumnya dana riset bersifat terbuka untuk proposal apa pun dari para peneliti, kini juga dialokasikan secara strategis untuk menjawab kebutuhan konkret negara dan industri.

"Sebelumnya itu mengenai dana riset itu terbuka, jadi silakan kalau dosen-dosennya melakukan apa itu silakan dimasukkan. Itu tetap berjalan lewat dana riset yang dari APBN," katanya.

"Tetapi dana riset yang tadi saya bilang Rp 1,8 triliun dari mitra kami LPDP yang disalurkan lewat Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi itu kami menjadi dana riset strategis. Artinya tidak dibuka terserah mau proposalnya apa, tetapi kita melihat kebutuhan negara dan kebutuhan industri," sambungnya.

Kebutuhan industri kemudian dipetakan dan ditawarkan kepada para peneliti di universitas, sehingga proposal yang masuk akan memiliki relevansi dan daya serap yang tinggi di dunia usaha.

"Sehingga kebutuhan dari industri itu akan match langsung dengan apa yang proposal dari para dosen-dosen kita. Itu yang kita tekankan sekali," katanya.

Untuk mendorong keterlibatan langsung industri, Kemendiktisaintek juga menerapkan skema co-funding. Dalam skema ini, perusahaan diwajibkan menanggung 15 persen dari total biaya riset, sementara 85 persen sisanya ditopang oleh kementerian.

"Jadi untuk co-funding ini dana riset seluruhnya untuk peneliti, tetapi harus 15 persen dari perusahaan, 85 persen dari kementerian. Itu juga jadi kami ingin agar industri berpartisipasi, jadi terus kami tingkatkan. Nanti mungkin akhir tahun bisa kami laporkan peningkatannya," ungkapnya.

Terkait peran mahasiswa, Prof. Stella menekankan bahwa dana riset bersifat kompetitif. Ia menganjurkan mahasiswa untuk tidak terburu-buru melakukan riset mandiri, melainkan aktif terlibat dalam proyek-proyek riset yang dipimpin oleh dosen mereka.

"Tugas kementerian adalah memberikan sebanyak-banyaknya dukungan dana dan regulasi kepada dosen. Itu kesempatan adik-adik ikut riset. Perlu bimbingan untuk mendapatkan hasil riset terbaik melalui dosen," pungkasnya.

Dengan kolaborasi yang semakin erat antara pemerintah, akademisi, dan industri, diharapkan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia dapat tumbuh lebih kuat dan memberikan dampak nyata bagi kemajuan bangsa.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau