MALANG, KOMPAS.com - Lima orang mantan narapidana terorisme yang merupakan eks-pengikut jaringan Jamaah Islamiah (JI) turut serta mengikuti upacara peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di Pondok Pesantren Ibnu Abbas, Bumiayu, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (17/8/2025).
Di antara puluhan peserta, ada lima eks napiter, yakni Hadi Santoso, Bahaudin, Budi, Kholili, dan Choirul Anam. Mereka berbaur bersama para santri, wali santri, warga setempat, serta jajaran muspika yang hadir.
Kehadiran mereka merupakan bagian dari kegiatan reintegrasi sosial dari Pemerintah sekaligus untuk terus menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Pembina Ponpes Ibnu Abbas, Ahmad Muhtadi menjelaskan, upacara ini menjadi momentum kebangsaan yang penting bagi para eks napiter tersebut.
"Ini menjadi momentum bagi mereka untuk kembali kepada negara dan menjadi warga yang lebih baik."
Baca juga: Lapas Palopo Usulkan 983 Napi Dapat Remisi HUT ke-80 RI, Koruptor juga Dapat Jatah
"Bagi sebagian, ini adalah kali kedua mereka mengikuti upacara, yang menunjukkan antusiasme tinggi untuk kembali merengkuh nilai-nilai kebangsaan," ujar Ahmad Muhtadi.
Keterlibatan para eks napiter tersebut tidak hanya sebatas sebagai peserta upacara. Mereka juga turut menjadi motor penggerak dalam penyelenggaraan upacara kemerdekaan di ponpes tersebut.
"Penggerak dari upacara ini juga teman-teman eks napiter. Mereka yang berinisiatif, mempersiapkan segalanya dari awal hingga akhir, seperti Mas Hadi dan kawan-kawan," kata dia.
Menurut dia, para eks napiter ini telah tulus dan serius untuk kembali menjadi bagian utuh dari masyarakat Indonesia.
Ponpes Ibnu Abbas dipilih sebagai lokasi upacara tersebut karena adanya hubungan, seperti beberapa eks napiter juga merupakan wali santri di pondok tersebut.
Upacara tersebut juga memiliki tujuan fundamental untuk pendidikan generasi muda.
Baca juga: Jelang HUT ke-80 RI, 3.556 Napi di Kalteng Diusulkan Dapat Remisi
Menurut Muhtadi, kegiatan ini menjadi media efektif untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme kepada para santri.
"Ini penting karena mereka adalah penerus bangsa. Melalui upacara ini, kami mengingatkan kembali para santri akan perjuangan para pahlawan."
"Estafet perjuangan ini tidak boleh berhenti, dan harus terus diwariskan kepada generasi selanjutnya," tegas dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang