Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Meninggal karena Campak di Sumenep Tak Pernah Imunisasi

Kompas.com, 7 Agustus 2025, 17:10 WIB
Nur Khalis,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com – Dinas Kesehatan P2KB Kabupaten Sumenep, Jawa Timur menyatakan bahwa empat korban meninggal akibat campak tercatat tidak pernah menjalani imunisasi.

Pernyataan ini disampaikan sebagai koreksi atas informasi sebelumnya yang menyebut bahwa sebagian korban meninggal sempat menerima imunisasi, meskipun tidak lengkap.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan P2KB Kabupaten Sumenep, Achmad Syamsuri, mereka tidak pernah melakukan imunisasi.

"Jadi, semua korban yang meninggal itu tidak menjalani imunisasi," kata Syamsuri kepada Kompas.com, Kamis (7/8/2025).

Baca juga: Kasus Campak di Sumenep Meningkat Capai 800 Orang, Rata-rata Penderita Balita

Syamsuri mengatakan, korban meninggal mayoritas merupakan anak-anak berusia antara satu hingga empat tahun.

"Mayoritas memang masih di bawah balita," ujar dia. 

Syamsuri juga mengatakan, penyebaran campak di Sumenep tergolong masif karena virus ini mudah menular melalui kontak langsung maupun udara.

Untuk menekan angka kematian, Dinas Kesehatan P2KB mengimbau masyarakat agar segera memeriksakan anak-anak yang mengalami gejala awal seperti demam dan muncul bintik merah ke puskesmas.

"Harapannya, karena penyebaran ini memang sangat masif, jadi himbauan, yang pertama, untuk anak-anak kita, yang usia pra sekolah dan sekolah, yang sudah ada gejala-gejala demam itu, terus ada sampai keluar bintik merah, sebaiknya segera memeriksakan diri ke puskesmas," ujar Syamsuri.

Jika gejalanya masih ringan dan memungkinkan untuk ditangani, pasien akan diberi pengobatan dan menjalani rawat jalan dengan isolasi mandiri.

"Dan kalau itu memang masih bisa diobati, langsung akan diobati dan rawat jalan dengan isolasi mandiri," ucapnya.

Baca juga: 4 Orang Meninggal Dunia akibat Campak di Sumenep

Syamsuri mengatakan virus campak juga bisa menyebar lewat barang-barang pribadi, sehingga menjaga kebersihan menjadi langkah penting dalam pencegahan.

"Karena memang penyebarannya ini cepat, baik dengan bersentuhan langsung juga bisa menular. Dengan cara ganti pakaian, ganti handuk, ganti sabun, juga bisa menular," ujarnya. 

Selain itu, Dinas Kesehatan P2KB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta menghindari kontak langsung dengan penderita campak.

Bila harus berada di sekitar penderita, masyarakat disarankan untuk menjaga jarak guna menekan risiko penularan.

Sejak Februari hingga akhir Juli 2025, empat penderita campak dilaporkan meninggal dunia.

Korban umumnya meninggal saat dirawat di rumah sakit karena mengalami komplikasi.

“Jika telat dilakukan penanganan bisa berdampak buruk, terlebih jika mengarah pada pneumonia, terus diare,” kata Syamsuri pada Rabu (6/8/2026).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau