SUMENEP, KOMPAS.com – Memasuki Bulan Agustus 2025, penjual bendera musiman jelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia ramai bermunculan di sejumlah titik strategis di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Pantauan Kompas.com, pemandangan pedagang bendera dan pernak-pernik merah putih sudah terlihat di sepanjang Jalan Trunojoyo, Jalan Dr. Cipto, dan Jalan Diponegoro, Kecamatan Kota.
Mereka membuka lapak sederhana di pinggir jalan dengan aneka hiasan khas kemerdekaan yang mencolok warna.
Baca juga: Pemkab Sumenep Akui Belum Punya Dana Bina Koperasi Merah Putih
Perlengkapan yang dijual bervariasi, mulai dari bendera ukuran kecil untuk kendaraan, bendera standar untuk rumah, umbul-umbul panjang, hingga background pagar dan gantungan plastik berbentuk daun atau bunga berwarna merah putih.
Rika, salah satu pedagang mengatakan, ukuran bendera yang paling banyak dicari pembeli adalah 60 x 90 sentimeter dan 100 x 150 sentimeter.
Baca juga: Ukuran Bendera Merah Putih buat di Rumah, Sekolah, Kantor dan Lapangan
"Bendera kecil dijual mulai Rp 15.000, sedangkan ukuran sedang hingga besar bisa mencapai Rp 150.000 per lembar, tergantung bahan kain," kata Rika kepada Kompas.com, Jumat (1/8/2025).
Rika menambahkan, model umbul-umbul yang dijual pun beragam, dari bentuk segitiga biasa hingga model panjang berjumbai-jumbai dengan motif "Dirgahayu RI" dan angka tahun kemerdekaan.
Salah seorang penjual yang lain, Dadan mengungkapkan, tahun ini penjualan bendera terasa lebih cepat dibanding tahun sebelumnya.
"Biasanya pembeli mulai datang awal Agustus, tapi sekarang akhir Juli sudah ada yang beli," ujarnya.
Menurutnya, bendera ukuran sedang paling banyak dicari pembeli karena sesuai dengan kewajiban memasang bendera di depan rumah selama bulan kemerdekaan.
"Kalau ukuran sedang, harganya terjangkau dan mudah dipasang di tiang bambu atau pagar rumah," jelasnya.
Dadan mengaku sudah 5 tahun berjualan bendera setiap bulan Agustus. Aktivitas ini menjadi penghasilan tambahan penting bagi keluarganya.
"Cuma sebulan, tapi hasilnya ada lah. Bisa untuk kebutuhan anak sekolah," katanya.
Meski begitu, cuaca panas akhir-akhir ini membuat pembeli cenderung datang sore hingga malam hari. Siang hari justru terasa sepi.
"Kalau siang, jarang ada yang mampir. Biasanya ramai itu habis ashar sampai jam delapan malam," ucap Rika.
Fenomena pedagang musiman ini tidak hanya menggambarkan sisi ekonomi, akan tapi juga menunjukkan antusiasme warga dalam menyambut kemerdekaan.
Meningkatnya permintaan bendera disebut sebagai tanda semangat nasionalisme masyarakat tetap hidup.
"Senang lihat orang-orang pasang bendera lebih awal. Artinya mereka masih semangat merayakan kemerdekaan," tutur Dadan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang