SURABAYA, KOMPAS.com - Di tengah dinamika sistem kesehatan Indonesia, kabar tentang kemungkinan rumah sakit asing beroperasi di dalam negeri menjadi topik yang hangat dibicarakan.
Ada yang menyambutnya sebagai peluang, ada pula yang menyimpan kegelisahan.
Di antara pro dan kontra itu, satu hal menjadi jelas bahwa kita sedang belajar menakar kepercayaan pada rumah sendiri.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur, Dr dr Sutrisno SpOG (K), menyikapi wacana ini dengan bijak.
Baca juga: Rumah Sakit Tentara di Bengkulu Tidak Diserang Gerombolan Liar, Kapenrem Ungkap Pristiwa Sebenarnya
Ia tidak menolak kehadiran rumah sakit asing, tetapi meletakkan harapan besar pada kerja sama yang bermakna, bukan sekadar kompetisi semu.
“Harapan kita adalah kalau mereka bisa bekerja sama. Saya harap mereka akan menggunakan tenaga kerja yang di sini sehingga ada transfer ilmu yang bagus, ada transfer teknologi yang bagus,” ujarnya kepada jurnalis termasuk Kompas.com.
Ada optimisme sebab Indonesia bukan negara kecil yang perlu takut pada kehadiran yang asing. Dengan 280 juta jiwa, negeri ini adalah panggung yang luas bagi kolaborasi.
“Kita tetap optimistis bahwa bangsa kita tidak kalah dengan bangsa asing. Siapa pun dalam era yang bebas ini akan siap berkompetisi dan tentunya maju bersama,” kata Sutrisno.
Namun, ia pun tidak menutup mata bahwa tidak semua orang menyambut hangat.
Baca juga: Derita Pasien di Polewali Mandar, Ditandu 20 Km dan Habiskan Rp 700 Ribu untuk Sampai Rumah Sakit
Ada yang merasa terancam, bingung, atau sekadar belum percaya. Ketidakpastian ini, menurutnya bukanlah musuh tetapi bagian dari proses tumbuh.
“Kalau penolakan ya kita tidak menutup mata, pasti ada. Ada yang terusik, ada yang bertanya-tanya, ada yang meragukan, bahkan ada yang bingung. Tapi kembali ke hukum alam, siapa yang beradaptasi dialah yang akan bisa bertahan,” imbuhnya.
Preskon jelang Indonesia Medical Wellness Tourism Expo (IMWTE) dan IVF Festival 2025 yang akan digelar di Grandcity Surabaya mulai 25-27 Juli 2025 mendatang.Untuk menjawab itu, banyak pihak mulai membuka ruang dialog. Salah satunya melalui Indonesia Medical Wellness Tourism Expo (IMWTE) dan IVF Festival 2025 yang akan digelar di Grandcity Surabaya pada 25-27 Juli 2025.
Kegiatan ini bukan ajang promosi atau pameran teknologi, tetapi tempat di mana suara masyarakat bisa bertemu dengan mereka yang selama ini bekerja di balik pelayanan kesehatan.
“Kami ingin mengedukasi sekaligus membangun kepercayaan bahwa layanan kesehatan berkelas dunia kini ada di Indonesia, dengan biaya yang transparan, terjangkau, dan terjamin,” kata Danny Ramdani Sultoni, ketua penyelenggara acara ini.
Baca juga: Ratusan Siswa SMPN 8 Kota Kupang Dilarikan ke Rumah Sakit, Diduga Usai Menyantap Program MBG
Seperti diketahui selama ini sekitar dua juta warga Indonesia pergi berobat ke luar negeri setiap tahun.
Bukan hanya karena alat yang lebih canggih, tetapi karena keyakinan bahwa mereka akan diperlakukan lebih baik di tempat lain.
Ia meyakini perubahan tidak harus dimulai dengan gedung tinggi atau mesin terbaru. Itu bisa dimulai dari empati, dari kemauan mendengar keluhan masyarakat, dan dari usaha mempertemukan semua pihak dalam satu ruang yang setara.
“Justru dari sini, di Surabaya, kami ingin membangun kesadaran tersebut,” pungkas Danny.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang