Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambulance Boat Tak Miliki Anggaran BBM, Pasien asal Pulau Mandangin Kritis Tempuh 2,5 Jam ke Rumah Sakit Pakai Perahu Nelayan

Kompas.com, 4 Juli 2025, 19:47 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Moh Wani (67), seorang pasien kritis asal Pulau Mandangin, terpaksa menaiki perahu tradisional untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Qonaah, Sampang, Jawa Timur.

Perjalanan tersebut memakan waktu 2,5 jam, di mana Moh Wani harus tetap menerima infus selama perjalanan.

Menantu Moh Wani, Moh Jalil (34), menjelaskan bahwa mertuanya mulai merasakan lemas pada Rabu (2/7/2025) sekitar pukul 13.00 WIB.

Keluarga segera membawanya ke Puskesmas Mandangin.

Baca juga: Pasien Pulau Mandangin Terpaksa Sewa Perahu untuk Berobat akibat Ambulance Boat Tak Beroperasi

"Setelah diperiksa petugas, kadar gula bapak mertua saya ternyata nol, jadi turun parah hingga tidak sadarkan diri," ungkapnya pada Jumat (4/7/2025).

Dalam kondisi kritis, petugas puskesmas memberikan suntikan untuk menaikkan kadar gula.

Dua puluh menit kemudian, Moh Wani mulai sadar dengan kadar gula naik menjadi 50.

"Setelah itu dua jam kemudian drop lagi. Lalu disuntik lagi. Pokoknya di puskesmas itu dapat dua kali suntikan," ujar Jalil.

Meskipun sudah sadar, kondisi Moh Wani tetap lemas dan harus dirawat.

Pada Kamis (3/7/2025) sekitar pukul 01.00 dini hari, ia kembali mengalami kondisi kritis.

Petugas puskesmas merekomendasikan agar Moh Wani dirujuk ke Rumah Sakit Qonaah.

"Tidak ada yang menawarkan speedboat ke kami. Kata petugas, speedboat mereka tidak bisa digunakan karena keterbatasan anggaran," tuturnya.

Jalil kemudian mencari perahu nelayan di dermaga Mandangin untuk mengantar mertuanya ke daratan.

Baca juga: Kisah Malang Seorang Pasien Gagal Ginjal di India, Meninggal Saat Cuci Darah karena Listrik Padam

"Sekitar jam 02.30 saya baru dapat perahu seharga Rp 400.000, lalu jam 03.30 bapak mertua saya tiba di dermaga dan langsung naik perahu ke Pelabuhan Tanglok," ujarnya.

Selama perjalanan, kondisi Moh Wani semakin kritis, diperparah oleh angin laut yang kencang dan ombak yang membuat perahu goyang.

"Selama di perahu, bapak kritis, engap-engapan dan masih diinfus. Kami ditemani satu perawat dari Puskesmas Mandangin. Lalu sekitar pukul 06.00 pagi, perahu tiba di Pelabuhan Tanglok," imbuhnya.

Setibanya di pelabuhan, Moh Wani harus menunggu mobil ambulans selama 20 menit sebelum akhirnya tiba di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

"Saat ini bapak sudah sadar namun masih terus diinfus untuk menstabilkan gula darahnya. Kondisinya juga masih lemas dan dirawat di ICU sampai sekarang," ungkap Jalil.

Jalil menambahkan bahwa ayah mertuanya yang sudah sepuh sering mengalami sakit.

Keluarga selama ini memberikan obat dari apotek untuk membantu mengobati keluhan yang diderita Moh Wani.

Baca juga: Demi Foya-foya dengan Pacar, Pria di Medan Curi Ponsel Keluarga Pasien RS

"Menurut diagnosis dokter di rumah sakit, bapak kami menderita gagal ginjal," tuturnya.

Hingga berita ini diturunkan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sampang, dr Dwi Herlinda Lusi Harini, belum memberikan respons saat dihubungi Kompas.com.

Ia tidak mengangkat telepon saat dihubungi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau